Keutamaan Macam-Macam Dzikir dan Manfaat Dzikrullah
Keutamaan Macam-Macam Dzikir dan Manfaat Dzikrullah
Dalam Kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah. Dzikir terbagi menjadi 3 yaitu dzikir lisan dan dzikir hati dan dzikir sirr) .
Dzikir lisan adalah dzikir yang diucapkan bibir / lisan dengan kata-kata semata, tanpa kehadiran kalbu hati. Dzikir kalbu adalah berdzikir dengan merasakan kehadiran kalbu bersama Allah . Dzikir Sirr adalah berdzikir tapa menyadari kehadiran segala sesuatu selain Allah
Firman Allah : Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu.
(S. Al-Baqarah (2) : 152)
41. Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.
(S. Al-Ahzab (33) : 41).
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
(Q.S. Ali-Imran : 191).
205. dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.(S. Al-A’rof (7) : 205).
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(S. Ar-Ra’du (13) : 28).
Hadis-hadis Nabi :
Telah berfirman Allah SWT. (dalam suatu hadis Qudsi) : Aku bersama-sama hamba-Ku selama ini mengingat Aku dan bibirnya bergerak menyebut nama-Ku. (HR. Al Baihaqy dan Ibnu Hiban).
Tak seorangpun manusia mengerjakan suatu perbuatan yang dapat menjauhkan dari azab Allah SWT. lebih baik dari pada dzikir. Para sahabat bertanya tidak pula jihad fi sabilillah, kecuali apabila engkau menghantam musuh dengan pedangmu itu sehingga ia patah, kemudian engkau menghantam lagi dengan pedangmu sehingga ia patah, kemudian menghantam lagi dengan pedangmu sehingga ia patah. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Musshanaf).
Rasulullah SAW. pernah ditanya : Amalan apa yang paling afdol ? Jawab beliau : Engkau mati dalam keadaan lidahmu basah karena berdzikir kepada Allah (HR. Ibnu Hiban & Athabrani).
Nabi SAW. telah bersabda : Allah SWT. berfirman dalam suatu hadis qudsy : Barang siapa disibukkan dzikir kepada-Ku, sedemikian sehingga tidak sempat memohon sesuatu dari-Ku, maka Aku akan memberinya yang terbaik dari apa saja yang Ku berikan kepada para pemohon (HR. Bukhori).
Dzikir lisan merupakan dzikir lahiriah yang memiliki keutamaan besar seperti yang ditunjukkan oleh beberapa ayat Al-Quran, hadis, dan atsar.
Dzikir lisan terbagi dalam beberapa bagian. Ada yang terikat dengan waktu dan tempat, serta ada pula yang bebas (tidak ditentukan tempat dan waktunya).
Dzikir yang terikat dengan waktu , misalnya bacaan ketika shalat dan setelah shalat, bacaan ketika haji, sebelum tidur, setelah bangun, sebelum makan, ketika menaiki kendaraan, dzikir di waktu pagi dan petang, dan seterusnya.
Sementara yang tidak terikat dengan waktu, tempat, ataupun kondisi, misalnya pujian kepada Allah seperti dalam untaian kalimat, “Subhana Allah wa al-hamdu li Allah wa la ilaha illa Allah wa Allah akbar wa la hawla wa la quwwata illa bi Allah al-‘aly al-‘azhim (Mahasuci Allah, segala puji bagi-Nya, tiada tuhan selain-Nya, dan Allah Mahabesar, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi dan Mahabesar).”
Contoh lainnya adalah dzikir berupa doa seperti, “Rabbana la tu’akhidzna in nasina aw akhtha’na…,” atau munajat lainnya.
Selain itu, terdapat pula bacaan shalawat atas Nabi SAW yang akan memberi pengaruh lebih besar ke dalam kalbu para pemula daripada dzikir yang tidak disertai munajat.
Syekh Ibnu Athaillah mengatakan, “Tidak ada ibadah yang lebih bermanafaat bagimu daripada dzikir. Sebab, dzikir adalah ibadah yang bisa dilakukan orang tua dan orang sakit yang sudah tidak mampu lagi berdiri, rukuk, dan sujud.
Bersihkan cermin hatimu dengan khalwat dan dzikir hingga kelak kau berjumpa dengan Allah SWT.
Hatimu harus selalu ingat Allah sehingga cahaya menyinarimu. Jangan seperti orang yang ingin menggali sumur, kemudian ia menggali di satu tempat sedalam satu jengkal lalu menggali di tempat lain sedalam satu jengkal pula. Jadi, airnya tidak akan pernah keluar. Akan tetapi, galilah di satu tempat sehingga airnya memancar.
Hai hamba Allah, agamamu adalah modalmu. Jika kau telah menyia-nyiakan modalmu, sibukkan lisan dengan berdzikir mengingati-Nya, sibukkan hati dengan cinta kepada-Nya, dan sibukkan tubuhmu dengan metaati-Nya. Tanamlah wujudmu di tempat menanam hingga benih muncul dan tumbuh. Siapa yang memperlakukan hatinya sebagaimana petani memperlakukan tanahnya, pasti hatinya bersinar.”
Syekh Ibnu Atha’illah mengatakan: “Allah memberimu 3 kemuliaan dzkir:
1) Allah membuatmu ingat kepada-Nya, maka jika bukan karena karunia-Nya engkau tak layak atas melimpahnya dzikir kepada-Nya dalam dirimu.
2) Allah membuatmu diingat oleh-Nya, karena Dia menguatkan hubungan-Nya denganmu.
3) Allah membuatmu diingat di sisi-Nya, maka Dia menyempurnakan nikmat-Nya untukmu.”
Dzikir adalah Obat Hati
Kemampuan hati dapat terasah dan semakin jernih tatkala secara ajeg dan rutin terus diajak untuk berdzikir. Dzikir tidak hanya menjadikan hati lebih jernih, dzikir juga bisa menjadi obat penenang tatkala hati sedang gundah. Segala penyakit hati seperti hasud, sombong, buruk sangka, dan berbagai penyakit hati lainnya dapat sembuh dengan dzikir.
قَالَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ: ذِكْرُ اللهِ شِفَاءُ الْقُلُوْبِ. (جامع الأصول في الأولياء، ص )
Nabi saw. bersabda: Berdzikir kepada Allah adalah pengobat hati.
Khusyu’ Ada Dalam Hati
وَقِيْلَ: مِنْ عَلَامَةِ الْخُشُوْعِ، أَنَّ الْعَبْدَ اِذَا غُضِبَ وَخُوْلِفَ وَرُدَّ عَلَيْهِ، تَلَقَّى ذَلِكَ بِالْقَبُوْلِ. وَاتَّفَقَ الْقَوْمُ، عَلَى أَنَّ الْخُشُوْعَ مَحَلُّهُ الْقَلْبُ. (جامع الأصول فى الأولياء، ص )
Dikatakan: sebagaian tanda-tanda khusyu’; ketika hamba itu dimarahi, dimusuhi, dan ditolak pendapatnya, maka dia menerimanya, dan para ulama telah sepakat bahwa tempatnya khusyu berada di hati.
Setiap dzikir memiliki pengaruh tertentu.
Jika kita sibuk dengan dzikir, pasti akan diberi yang lebih tinggi darinya. Dzikir yang disertai kesiapan akan bisa membuka tirai, tapi hal itu disesuaikan dengan kondisi orang yang melakukannya.
Menurut Imam Ghazali, hakikat dzikir adalah berkuasanya Allah di dalam kalbu disertai kesirnaan dzikir itu sendiri. Tapi, dalam pandangannya, dzikir memiliki tiga kulit atau lapisan yang salah satunya lebih dekat kepada inti (lubb) daripada yang lainnya.
Inti (lubb) tersebut berada di balik tiga kulit tadi. Kulit-kulit itu adalah sebagai jalan menuju inti (lubb). Kulit yang paling luar adalah dzikir lisan semata.
Seorang pedzikir selalu mengaplikasikan dzikir lewat gerakan lisan disertai usaha menghadirkan kalbu.
Karena, kalbu perlu penyesuaian dengan lisan agar sanggup hadir dalam dzikir.
Jika dibiarkan, ia akan sibuk dengan berbagai imajinasi yang melintas.
Kondisi ini baru berakhir ketika kalbu mengikuti lisan serta cahayanya membakar syahwat dan setan.
Saat itulah dzikir kalbu menguat, sementara dzikir lisan mulai melemah.
Seluruh organ dan semua sisi tubuh dipenuhi cahaya, kalbu pun bersih dari hal-hal selain Tuhan, terputus dari berbagai bisikan, dan setan al-Khannas pun tak lagi tinggal di dalamnya.
Dengan begitu, kalbu menjadi tempat masuknya anugerah Allah, serta cermin bagi segala manifestasi dan makrifat ilahiah.
Ketika dzikir itu menyeruak masuk ke dalam kalbu dan menyebar di seluruh organ tubuh, maka semua organ itu pun berdzikir sesuai dengan kondisinya.
Al-Jurairi menuturkan, “Salah seorang sahabat kami selalu mengucap Allah, Allah. Lalu pada suatu hari, kepalanya terkena batang pohon hingga pecah dan mengucurkan darah. Dari darah itu kemudian tertulis di atas tanah lafal Allah, Allah.”
Dzikir laksana api yang bekerja secara aktif dan memberikan pengaruh.
Dzikir berfungsi menghilangkan endapan berlebih dalam tubuh yang diakibatkan oleh makan berlebihan dan mengkonsumsi barang haram. Saat endapan kotor itu terbakar sehingga hanya yang baiklah yang bertahan, barulah ia bisa mendengar senandung dzikir dari semua organ tubuhnya. Suara dzikir itu seperti tiupan terompet. Pertama-tama, ia jatuh di sekitar kepala sehingga kau akan mendengar suara seperti terompet.
Dzikir adalah penguasa, jika singgah di suatu tempat, ia akan singgah dengan membawa terompet itu. Sebab, dzikir menghadang apa saja selain al-Haq. Ketika menempati suatu tempat, ia akan sibuk melenyapkan segala sesuatu yang menjadi lawannya laksana air bertemu api.
Lalu, akan terdengar berbagai macam suara seperti desir air, deru angin, golakan api, derap kuda, dan suara dedaunan tertiup angin. Sebab, struktur tubuh manusia terdiri dari unsur mulia dan hina. Unsur yang hina meliputi tanah, air, api, udara, bumi dan langit, serta segala yang berada di antara keduanya. Jadi, semua suara itu berasal dari seluruh unsur asli di atas. Ketika suara itu terdengar, berarti ia sedang bertasbih dan mensucikan Allah dengan lisannya. Itulah hasil dari dzikir lisan yang optimal.
Inilah rahasia dari sabda Nabi saw., “Siapa ingin bersenang-senang di taman surga, perbanyaklah mengingat Allah.” Juga sabda Nabi saw., “Dzikir diam (khafi) tujuh puluh kali lebih utama daripada dzikir yang terdengar oleh para malaikat pencatat ama
Tanda bahwa sebuah dzikir sampai pada sirr (nurani terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah ketika pelaku dzikir dan objek dzikirnya lenyap tersembunyi.
Dzikir sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya, apabila engkau meninggalkan dzikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.
Dzikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar kepada kondisi hudhur (hadirnya kalbu). Salah satu tandanya, dzikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga seolah-olah tertarik oleh rantai. Indikasinya, dzikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup. Tetapi, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu senantiasa bersih menyala.
Dzikir yang masuk ke dalam sir terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku dzikir seolah-olah lisannya tertusuk jarum. Atau, semua wajahnya adalah lisan yang sedang berdzikir dengan cahaya yang mengalir darinya.
Ketahuilah, setiap dzikir yang disadari oleh kalbumu didengar oleh para malaikat penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu. Di dalamnya ada sirr sampai saat dzikirmu sudah gaib dari perasaanmu karena engkau sudah sirna bersama Tuhan, dzikirmu juga gaib dari perasaan mereka.
Rezeki lahiriah terwujud dengan gerakan badan. Rezeki batiniah terwujud dengan gerakan kalbu, rezeki sirr terwujud dengan diam, sementara rezeki akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang untuk Allah dan bersama Allah.
Nutrisi dan makanan bukanlah konsumsi rohani, melainkan konsumsi badan. Adapun yang menjadi konsumsi rohani dan kalbu adalah mengingat Allah Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Allah berfirman, “Orang-orang beriman dan kalbu mereka tenteram dengan mengingat (dzikir kepada) Allah.”
Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berdzikir bersamamu. Sebab, engkau berdzikir dengan lisanmu, lalu dengan kalbumu, kemudian dengan nafs-mu, kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu dengan sirrmu.
Jika engkau berdzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua benda mati akan berdzikir bersamamu.
Jika engkau berdzikir dengan kalbu, pada saat yang sama alam beserta isinya ikut berdzikir bersama kalbumu.
Jika engkau berdzikir dengan nafs-mu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga turut berdzikir bersamamu.
Jika engkau berdzikir dengan rohmu, pada saat yang sama singgasana Allah beserta seluruh isinya ikut berdzikir bersamamu.
Bila engkau berdzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa arasy dan roh orang-orang yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berdzikir bersamamu.
Bila engkau berdzikir dengan sirmu, arasy beserta seluruh isinya turut berdzikir hingga dzikir tersebut bersambung dengan zat-Nya.
Menurut syekh ibnu atha’illah, nafs adalah unsur (hai’ah) berjenis uap yang lembut dan membawa potensi kehidupan, perasaan dan gerakan kehendak.
Allah yang Maha Bijaksana menyebutnya dengan roh hewani, ia merupakan instrumen perantara antara kalbu _ sebagai nafs yang berbicara _ dan badan.
Ada yang berpendapat bahwa nafs itulah yang dalam Al – Qur’an di sebut pohon jaitun sebagai pohon yang penuh berkah.
Tidak tumbuh di sebelah timur atau di sebelah barat. Sebab, dengan nafs manusia bisa bertambah mulia dan suci.
Selain itu, ia tidak berasal dari penjuru timur alam ruh semata atau penjuru barat tubuh yang padat, nafs ada yang bersifat ammarah (memerintah), lawwamah (suka mencaci), dan muthma’innah (tentram).
Nafs al – ammarah bi al – su (yang memerintah kepada keburukan) adalah nafs yang condong kepada naluri badan, menyuruh kesenangan dan syahwat, serta menarik kalbu kepada sesuatu yang rendah.
Ia adalah jenis nafs yang buruk, sumber segala akhlak dan perbuatan tercela. Selain itu, ia adalah nafs yang di miliki manusia pada umumnya dan merupakan kejahatan, bagi nafs al – ammarah bi al – su ini.
Dzikir ibarat lampu yang menerangi rumah gelap gulita. Nafs lawwamah adalah nafs yang memberikan cahaya tertentu kepada kalbu yang dengannya manusia tersadarkan dari kelalaian.
Selain itu, ia pun mulai memperbaiki diri. Ia berpindah pindah di antara unsur ketuhanan dan unsur kemanusiaan, setiap kali muncul perbuatan jahat yang berasal dari karakter dan tabiat buruknya, cahaya peringatan ilahi segera meluruskan.
Pada saat itu ia akan mencaci dirinya seraya bertobat memohon ampunnan, dan kembali kepada pintu sang pengampun lagi penyayang.
Karena itu dalam Al – Qur’an Allah menjadikan nafs lawwamah itu sebagai sandaran sumpah.
Allah berfirman, “aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan nafs lawwamah (yang sering mencaci).” (QS. Al – Qiyamah [75]: 1-2).
Seperti dijelaskan sebelumnya, nafs ada yang bersifat ammarah (memerintah), lawwamah (suka mencaci), dan muthma’innah (tenteram).
Menurut Ibnu Atha’illah, melalui dzikir, nafs dalam diri manusia itu seolah-olah menyadari bahwa dirinya sedang berada dalam sebuah rumah yang penuh dengan segala hal buruk seperti kotoran, anjing, babi, singa, macan, dan gajah.
Lalu setelah ia bergumul dengan berbagai macam keburukan itu, ia berusaha mengeluarkannya.
Ia pun sempat terluka oleh binatang-binatang buas yang ada di dalamnya. Karena itu, ia segera melakukan dzikir dan munajat agar dzikir tersebut bisa mengalahkan dan mengeluarkan mereka.
Nafs lawwamah terus berusaha sekuat tenaga mengumpulkan berbagai perabotan sampai akhirnya rumah itu menjadi indah.
Setelah itu, barulah rumah tersebut layak dihuni dan ditempati sang penguasa (dzikir).
Ketika dzikir bertempat di dalamnya dan tatkala al-Haq tampak dengan jelas, nafs itu pun kembal pada kondisi muthma’innah (tenteram).
Itulah nafs yang mendapatkan cahaya kalbu secara sempurna. Nafs tersebut mengikuti kalbu untuk naik menuju surga alam kesucian yang bersih dan terhindar dari segala kotoran.
Nafs muthma’innah selalu tekun mengerjakan ketaatan, serta merasa tenteram bersama Allah Dzat Yang meninggikan derajat kemuliaan. Sehingga Allah berseru kepadanya,
“Wahai nafs muthma’innah, kembalilah pada Tuhanmu dalam kondisi ridha dan mendapat ridha. Masuklah sebagai hamba-Ku, serta masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S. al-Fajr [89]: 29-30).
Demikian Fungsi Macam-macam dzikir dan Keutamaan serta manfaat dzikrullah.