Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Islam, Iman dan Ihsan dalam Rukun Agama secara Kaffah

Pengertian-Islam-Iman-dan-Ihsan-dalam-Rukun-Agama-secara-Kaffah
Pengertian Islam, Iman dan Ihsan dalam Rukun Agama secara Kaffah

Islam adalah risalah atau wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat

Islam merupakan agama sepanjang sejarah manusia, ajaran dari seluruh nabi dan rasulnya yang penah di utus oleh Allah SWT pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia.

Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan serta diteruskan kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (syariah) yang menentukan proses berpikir, merasa, berbuat, dan proses terbentuknya hati.

Rukun Agama  secara  Kaffah terdiri dari 3 unsur pokok yaitu iman, islam dan ihsan, meskipun ketiganya mempunyai pengertian yang berbeda tetapi dalam praktek satu sama lain saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Iman artinya membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan merealisasikannya dalam perbuatan akan adanya Allah SWT, dengan adanya segala Kemaha sempurnaan-Nya, para Malaikat, Kitab-kitab Allah, para Nabi dan Rasul, hari akhir serta Qadha dan Qadhar.

Islam artinya taat, tunduk, patuh dan menyerahkan diri dari segala ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT.

Ihsan artinya berakhlak serta berbuat shalih sehingga dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan bermuamalah (interaksi) dengan sesama mahluk dilaksanakan dengan penuh keikhlasan seakan-akan Allah menyaksikan gerak-geriknya sepanjang waktu meskipun ia sendiri tidak melihatnya.

Islam secara kaffah merupakan agama yang sempurna berarti lengkap, menyeluruh dan mencakup segala hal yang diperlukan bagi panduan hidup manusia. Sebagai petunjuk/ pegangan dalam hidupnya, sehingga dapat menjalani hidup dengan baik, teratur dan sejahtera, mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Sungguh suatu anugerah yang tak terhingga, ketika Allah SWT memberikan nikmat terbesar dalam kehidupan manusia, yaitu nikmat iman dan Islam. Nikmat yang menjadikan ada sebuah pembeda (furqan) antara seorang muslim dengan musyrikin. Nikmat Islam merupakan kunci surga Allah, yang di dalamnya terdapat banyak sekali kenikmatan abadi yang tiada habisnya, di mana setiap muslim dijamin oleh Allah akan dimasukkan ke dalam jannah-Nya, apabila menerapkan Islam secara kaffah dalam hidupnya.

Firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah 2: 208)

Islam memiliki sifat-sifat dasar yaitu kesempurnaan, penuh nikmat, diridhai dan sesuai dengan fitrah. Sebagai agama, sifat-sifat ini dapat dipertanggungjawabkan dan menjadikan pengikutnya dan penganutnya tenang, selamat dan bahagia dalam menjalani hidup. Muslim menjadi selamat karena Islam diciptakan sebagai diin yang sempurna. Ketenangan yang dirasakan seorang muslim karena Allah memberikan segenap rasa nikmat kepada penganut Islam, kemudian kepada mereka yang mengamalkan Islam karena sesuai dengan fitrahnya.

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum 30: 30)

Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, disetiap tempat dan di masyarakat manapun. Dalam permasalahan kali ini penulis akan menjelaskan tentang Islam sebagai agama sempurna, sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah SWT berikut ini :

“Pada hari ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”(QS. Al-Maidah :
Islam adalah wahyu atau risalah yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada umatnya yang menjadi pedoman bagi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.[4] Dari definisi ini terlihat ada tiga unsur pokok yang membedakan Islam dengan agama-agama yang lain, yaitu:

Inti ajaran Islam terbagi menjadi tiga bagian :

1. Syariat, yaitu semua bentuk ibadah yang diatur didalam ilmu fiqih. Dalam hal ini, ketika terdapat perbedaan pemahaman atau Madzhab antara para Ulama yang berhubungan dengan ibadah, mereka tetap memiliki keyakinan yang sama akan Hukum Islam, Rukun Islam dan Rukun Iman.

2. Aqidah, menyangkut tentang keyakinan, keimanan, ketauhidan yang semuanya diatur didalam ilmu Usuludin.

3. Tasawuf , yaitu ilmu untuk meningkatkan kualitas Syariat dan keimanan yang berbuah berbagai akhlak mulia. Tasawuf  juga disebutnya sebagai ilmu praktek lahiriyah, dan ilmu praktek Ilahiyah untuk membersihkan kotornya hati agar bisa meraih berbagai akhlak mulia.

Dengan kita memahami inti ajaran Islam ini, maka dengan bertasawuf ibadah dan iman kita akan menjadi lebih berkualitas, meskipun pengetahuan Syariat dan pengetahuan tentang keimanan yang kita miliki sangat minim.

Bertambahnya kualitas ibadah dan iman ini akan membuat orang Islam menjadi lebih mudah dalam melaksanakan Syariat Islam dan lebih berakhlak mulia dari sebelumnya.

Ketiga inti ajaran Islam yang kami pahami ini merupakan tahapan lanjutan dari ilmu ajaran Islam yang sudah lengkap dan biasa disebut Islam, Iman dan Ihsan.

Inilah inti ajaran Islam yang bisa membawa kita menuju kesempurnaan dalam beragama Islam.   

1. Ada Tasawuf yang ajaranya lebih mengedapankan kepada hal-hal yang tidak kasat mata. Bila ia bisa masuk atau menembus dan melihat alam ghoib ataupun berbagai hal yang tidak kasat mata, maka ia dianggap telah berhasil mencapai derajat Wali. Akan tetapi kami tidak memilih ajaran tasawuf yang seperti ini, karena kita sebagai hamba Alloh SWT hanya diperintahkan untuk yakin atau beriman kepada ghoib, bukan untuk bisa melihat ghoib. Sebagaimana perintah Alloh didalam Al-Qur’an “Alladzii na Yuk Minuuna Bilghoibi” (yaitu orang-orang yang yakin atau beriman kepada yang ghoib). Melihat kenyataan tersebut, sungguh sangat wajar jika ada yang menganggap kalau ajaran Tasawuf adalah ajaran mistis dan tidak mengherankan bila pada umumnya memiliki jam’ah cukup banyak.

2. Ada Tasawuf yang ajaranya lebih mengedepankan pada keistemewaan, kesaktian atau mereka biasa menyebutnya sebagai karomah. Seseorang akan dianggap sudah mencapai tingkat Wali, apabila ia sudah memiliki berbagai macam keistimewaan dan kesaktian. Disini, Guru atau Mursyid yang paling dianggap Wali adalah mereka yang paling mampu bisa menunjukan berbagai macam keistimewaan, seperti dia bisa memanjat dinding bagaikan cecak atau dia bisa terbang. Dia juga bisa mendatangkan berbagai macam batu permata dengan seketika, dia juga bisa menyembuhkan orang sakit dengan seketika dan sebagainya.

Melihat kenyataan tersebut, sungguh sangat wajar jika ada yang berpendapat bahwa ajaran Tasawufnya adalah ajaran Klenik. Terlebih lagi  jika pada awal ia mulai belajar, secara kebetulan keinginanya bisa cepat tercapai (terkabul). Maka Guru seperti ini, bisanya disebut sebagai Wali qutub atau pimpinanya para Wali oleh para jama’ah, sehingga tidak mengherankan bila ia memiliki pengikutnya atau jama’ahnya yang cukup banyak.

Bila kita masih memiliki pandangan tentang ajaran Tasawuf seperti ini, maka kita pasti akan terus-menerus mencari Mursyid atau Wali yang lebih dan yang lebih memiliki banyak keistimewaan dari Guru-guru sebelumnya.

Untuk itulah,  kami tidak memilih Tasawuf yang ajarannya seperti ini, sebab inti dari ajaran Islam bukanlah supaya kita bisa menjadi ahli pemain sirkus atau akrobat.

Bukankah  Nabi Muhammad SAW diutus oleh Alloh SWT ke alam dunia ini, semata-mata untuk menyempurnakan akhlak kepada Alloh dan kepada sesama manusia.

3. Ada Tasawuf yang ajarannya lebih mengedepankan falsafah. Kami juga tidak memilihnya karena kebanyakan Tasawuf falsafi yang kami temui ini, lebih mengedepankan berbagai macam diskusi dan debat yang kecenderunganya selalu mengajak  jamaahnya untuk banyak berfikir, merenung dan tidak pernah berujung pada praktek nyata.

4. Ada Tasawuf yang ajaranya lebih mengedepankan kepada cahaya yang dilihat pada saat kita menutup kedua mata dengan jari tangan kita, dimana mereka menyebutnya tawajuh adalah Alloh SWT. Padahal cahaya itu bermacam-macam warna dan jenisnya. Seperti warna putih, ada putih menyilaukan, putih agak menyilaukan, putih redup atau putih perak dan sebagainya. Sedangkan Alloh itu satu dan tidak bisa diserupakan dengan apapun, karena selain Alloh SWT yang ada didunia ini pasti ciptaan atau makhluk.

5. Ada Tasawuf yang ajaranya lebih mengedepankan bahwa Alloh itu kosong atau semua yang kosong ini adalah Alloh. Padahal sangat jelas disebutkan didalam Al-Qur-an yaitu Qul Hu Alloh Hu Ahad (Katakanlah Alloh itu satu), bukan Qul Hu Alloh Hu shifrun (katakanlah Alloh itu atau kosong). Satu itu tentulah artinya bukan kosong dan Tasawuf seperti ini bukanlah pilihan kami.
Dari keterangan para Guru yang kami temui di beberapa Pondok Pesantren, mereka menyebut kedua Tasawuf terakhir ini adalah bagian dari Tasawuf Jasimah yaitu Tasawuf yang beranggapan bahwa Alloh SWT itu berjisim atau Alloh memiliki bentuk seperti makhluk. Alloh SWT memiliki sifat Wujud, maka mereka mewujudkan atau mereka membentuk dengan pikiranya, seperti berbentuk kosong, cahaya dan sebagainya.

6. Ajaran pada Tasawuf Jasimah  ini lebih mengedepankan kajian yang bersifat meneliti Alloh SWT, meneliti bentuk dan keberadaaNya untuk mengisi otak atau pikirannya. Padahal wilayah untuk mengisi otak atau pikiran didalam  ajaran Islam sudah disediakan yaitu dalam kajian ilmu Syariat atau  Fiqih dan kajian ilmu Tauhid  atau Usuludin. Sedangkan ilmu Tasawuf adalah ilmu praktek mengisi hati, dengan dzikir dan berbagai macam ibadah untuk lebih mempertebal atau memperkuat iman sehingga berbuah akhlak mulia.

Sesungguhnya Alloh SWT menciptakan makhlukNya serba berpasangan, Alloh menciptakan ruang kosong juga isinya, cahaya dan gelap, semua itu untuk keseimbangan. Kita bisa mengetaui bahwa itu ruang kosong ketika tidak ada isi, kita bisa mengetahui adanya cahaya ketika tidak ada gelap. Untuk lebih jelasnya silahkan buka bab “Semua yang kosong dan cahaya ciptaan Alloh.”

7. Ada juga Tasawuf yang ajaranya lebih mengedepankan bahwa Alloh itu satu, sementara kita sebagai hamba yang pasrah adalah kosong.

8. Ada Tasawuf  Zindik yaitu Tasawuf paling palsu diantara yang palsu yang kami sampaikan di buku ini.

9. Ada Tasawuf yang ajaranya lebih mengedepankan akhlak-akhlak mulia. Pada ajaran Tasawuf seperti ini, meskipun ia mungkin bisa terbuka mata batinya dan bisa memiliki banyak keistimewaan, tapi jika ia tidak berakhlak, maka batal Tasawufnya. Ia masih dinyatakan belum berhasil dalam mempraktekan Tasawufnya.

Yang dimaksudkan akhlak yang paling dasar didalam ajaran Tasawuf ini, ia harus tetap bisa bersikap umum dan senantiasa bisa menjaga akhlaknya baik dalam penampilan, tutur kata ataupun dalam berperilaku.Sebab jika ia bersikap tidak umum, kadang-kadang tanpa disadari akan membuatnya merasa lebih mulia dari yang lainya dan ujung-ujungnya akan ada kesombongan yang sangat tidak terasa.

Padahal ketika masih ada kesombongan, maka tidak akan ada akhlak mulia pada dirinya.
Jadi, yang disebut karomah dan keistimewaan yang paling istimewa pada Tasawuf di wilayah ini adalah Istiqomah (konsisten), dalam menjaga ibadah dan menjaga akhlak mulia yang telah ada pada dirinya. Sesungguhnya Istiqomah itulah karomah dan keistimewaan yang paling istimewa di wilayah Tasawuf pilihan kami ini.

Tasawuf yang terakhir ini memiliki sumber ajaran yang sangat jelas berkesinambungan atau yang biasa disebut wushul atau memiliki mata rantai emas dari Rosululloh SAW sampai kepada para guru Syech atau Mursid sebagai pembimbing. Sementara itu, ada Tasawuf yang sumber ajaranya terputus dari mata rantai emas yang diajarkan secara khusus oleh Rosululloh SAW.

Setelah kita mengetahui ada berbagai macam aliran atau paham dalam pengajaran Tasawuf tersebut. Pada akhirnya, semuanya kembali pada pilihan kita masing-masing. Tasawuf manakah yang bisa membuat diri kita merasa nyaman dan jangan sampai kita terjebak pada anggapan merasa lebih baik dari yang lainnya. Kami menganggap adanya berbagai macam bentuk perbedaan ini, menunjukan bukti nyata akan kekayaan dan khasanah dari berbagai macam ilmu yang dimiliki Islam.

Jadi, kita tidak perlu saling menyalahkan satu sama lainya. Hanya saja dengan alasan tersendiri, kami lebih nyaman dengan memilih kelompok Tasawuf yang ajaranya lebih mengedepankan akhlak-akhlak mulia dimana sumber ajaran Tasawufnya sangat jelas memilki mata rantai emas dari Rosululloh SAW hingga sampai kepada Guru, Syech atau Muryid selaku pembimbing.

Alasan ini perlu kami sampaikan, mengingat adanya keterangan yang pernah kami peroleh dari para Mursyid yang Mu’tabarok, yaitu Mursyid yang ajaranya lebih mementingkan keindahan batin yang berbias pada akhlak mulia. Mereka mengatakan bahwa ”Ilmu Tasawuf adalah bukan ilmu untuk didiskusikan, sementara kita belum melaksanakannya dan kita belum pernah memperoleh buah dari praktek Tasawuf tersebut.”

Pandangan ini perlu diketahui, agar kita semua tidak terjebak dalam diskusi secara terus menerus, sehingga kita terlambat bahkan kita tidak sempat mempraktekan sama sekali.
Ilmu Tasawuf adalah mujahadah atau berjuang melewan hawa nafsu secara berkesinambungan, sampai nafsu dalam diri kita ini mau tunduk dan mengikuti Syara’ atau aturan agama. Sedangkan para pelaku Tasawuf biasa disebut sebagai Sufi.

Ilmu Tasawuf bisa juga disebut sebagai kesinambungan dzikir yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, dimana para pelakunya juga berkomitmen untuk mengikuti Rosululloh SAW dalam melaksanakan ajaran agamanya. Sikap kesungguhannya tersebut bisa juga disebut sebagai Al-Jaa Hidatu.

 Pengertian Tasawuf secara Jahidah adalah mengadakan pendekatan secara alamiah dengan cara memperindah akhlak, melalui pengalaman praktek agama dalam fadhilah-fadhilahnya, termasuk pendekatan yang kami lakukan dengan mewajibkan diri berzakat selama ini.
Atas dasar amaliah atau praktek yang demikian ini, maka banyak yang memberikan definisi Tasawuf diantaranya sebagai berikut.

Memahami Tasawuf bukanlah hanya sebatas memahami pengetahuan dan tulisan saja, karena jika demikian Tasawufnya akan dirasa cukup hanya sebatas belajar.

Padahal Tasawuf hanya benar-benar akan bisa dicapainya setelah melalui kesungguhan praktek dalam berdzikir dan kesungguhan dalam memperbaiki atau kesungguhan untuk memperoleh berbagai akhlak mulia, dimana sampai pada akhirnya akan mencapai puncaknya yaitu memiliki akhlak yang mendekati akhlak Rosululloh SAW.

Tasawuf bisa juga diartikan sebagai pembersihan diri atau perpindahan kehidupan, sehingga pelaku Tasawuf disebutnya sedang melakukan “Revolusi spiritual” dalam dirinya. Sebagai contoh, seseorang yang sebelumnya tidak pernah mengenal dzikir, kemudian ia berpindah pada kehidupan yang mengenal dzikir, bahkan ia bisa berubah menjadi ahli dzikir. Ia juga berpindah kehidupan dari seseorang yang tidak berakhlak mulia menjadi seseorang  yang berakhlak mulia, bahkan ia bisa berpindah menjadi lebih berakhlak Mulia. Perpindahan akan kehidupannya inilah yang disebut “Revolusi spiritual” dalam dirinya.

Perlu diketahui, sesungguhnya ilmu Tasawuf adalah ilmu Thoriqoh Khusus. Berbeda dengan Thoriqoh umum yang sebatas hanya melaksanakan hukum wajib, seperti mengerjakan rukun Islam dan rukun Iman.

Jadi ilmu Tasawuf bukan ilmu klenik atau ilmu mistis yang bisa membuat gila pada pelakunya, sebagaimana anggapan dari beberapa orang yang pernah kami temui selama pengembaraan.
Inti dari ajaran Tasawuf adalah banyak melatih diri dengan berdzikir kepada Alloh SWT dan meningkatkan berbagai amalan-amalan Syariat, yaitu dengan meningkatkan berbagai amalan sunnah dan senantiasa berusaha keras untuk bisa memperbaiki akhlaknya.

Tujuannya adalah agar kita bisa menjadi manusia yang senantiasa selalu ingat kepada Alloh SWT di setiap detiknya, sehingga kita senantiasa merasakan kesertaan Alloh dimanapun kita berada dan kita bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia.

Pada wilayah Tasawuf atau Thoriqoh Khusus, berakhlak mulia merupakan bentuk nyata dari dzikir yang sudah terekam atau berbekas di setiap lapisan hati, setelah senantiasa kita mengukir atau menyinarinya dengan dzikir di setiap harinya. Sehingga kesejukan akhlak mulia yang kita miliki bisa dirasakan oleh keluarga, anak istri tercinta dan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Kesimpulan

Ajaran Islam bersifat universal dalam artian seluruh aturan ada dan mengikat untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Tidak seperti agama lain yang diturunkan untuk umat agamanya saja, segenap peraturan yang ada dalam Islam tidak hanya untuk umat Islam saja tetapi mengikat juga ke umat lain.

Ajaran Islam sempurna, mengingat Islam sebagai agama terakhir telah disempurnakan oleh Alloh sehingga mencakup berbagai dimensi kehidupan baik akidah, politik kemasyarakatan, kebudayaan, pertahanan dan keamanan, sosial kemasyarakatan, ekonomi dan sebagainya.

Ajaran Islam  berwatak harmonis dan seimbang, yakni keseimbangan yang tidak goyah, selaras dan serasi sehingga membentuk ciri khas yang unik. Karenanya ada hukum wajib sebagai bandingan haram, sunah dengan makruh dan ditengahi oleh hukum mubah. Hal lainnya adalah menempatkan kewajiban seiring dengan penuntutan hak, menggunakan harta benda tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, dan sebagainya.