Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Riwayat Kisah Mukjizat Kisah Nabi Yusuf AS lengkap

Sejarah-Riwayat-Kisah-Mukjizat-Kisah-Nabi-Yusuf-as-lengkap
Sejarah Riwayat Kisah Mukjizat Kisah Nabi Yusuf AS lengkap   Sejarah-Riwayat-Kisah-Mukjizat-Kisah-Nabi-Yusuf-as-lengkap

Nabi Yusuf AS putera ke tujuh daripada dua belas putera-puteri Nabi Ya'qub as dari keturunan Nabi Ibrahim AS. Beliau sejak kecil amat dicintai oleh ayahnya melebihi saudara-saudaranya yang lain. Karena itulah saudara-saudaranya merasa iri kepada Nabi Yusuf AS. Memang, Nabi Yusuf memiliki keistimewaan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Beliau berbudi pekerti yang luhur dan sangat rupawan.

Nabi Yusuf as dengan adiknya yang bernama Benyamin adalah beribukan Rahil, saudara sepupu Nabi Ya'qub. Ia dikurniakan Allah rupa yang bagus, paras tampan dan tubuh yang tegap yang menjadikan idaman setiap wanita .

Ia adalah anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan saudara- saudaranya yang lain, terutamanya setelah ditinggalkan meninggal ibu kandungnya Rahil semasa ia masih berusia dua belas tahun.

Perlakuan yang diskriminatif dari Nabi Ya'qub terhadap anak-anaknya telah menimbulkan rasa iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang merasakan bahawa mereka dianak-tirikan oleh ayahnya yang tidak adil sesama anak, memanjakan Yusuf lebih daripada yang lain.

Mimpi Nabi Yusuf AS

Pada suatu ketika, Nabi Yusuf AS menghadap ayahnya, Nabi Ya’qub AS dan menceritakan tentang mimpi yang ia alami pada malam harinya. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menceritakan hal ini dengan firman-Nya:

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَ بَتِ اِنِّىْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ 

 (Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya bersujud kepadaku."

قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًاۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ 

 Dia (ayahnya) berkata, "Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia." (QS. Yusuf: 4-5)

Nabi Ya’qub memang menaruh rasa sayang yang berlebihan kepada Yusuf dan Bunyamin, dua anaknya yang lahir dari istri yang bernama Rahil. Bunyamin adalah anak bungsu yang ditinggalkan ibunya sesaat setelah ia lahir. Itulah sebabnya, Nabi Ya’qub AS memberikan kasih sayang yang besar terhadapnya. Begitu pula dengan Yusuf, setelah beliau menceritakan mimpinya kepada ayahnya bertambahlah kecintaan Nabi Ya’qub AS kepadanya. Tetapi, semua itu membuat saudara-saudara mereka semakin menaruh kedengkian dan kebencian yang membara.

Musyawarah untuk Melenyapkan Yusuf

Suatu ketika, saudara-saudara Nabi Yusuf AS berkumpul semua, kecuali Bunyamin. Mereka membicarakan tentang tindakan ayah mereka, Nabi Ya’qub As, yang membedakan kasih sayangnya di antara anak-anaknya. Dalam anggapan mereka, Nabi Ya’qub telah bertindak tidak adil.

Musyawarah mereka itu menghasilkan keputusan, bahwa Yusuf harus dilenyapkan dari rumah bapaknya, agar bapaknya mengalihkan perhatiannya kepada mereka. Yusuf bukan henndak dibunuh, melainkan dibuang saja ke tempat yang jauh.

Maka, datanglah saudara-saudara Yusuf kepada bapaknya untuk meminta izin hendak membawa Yusuf pergi bermain ke suatu tempat. Pada mulanya, Nabi Ya’qub tidak mengizinkan permohonan mereka. Tetapi, dengan bujukan dan desakan mereka serta janji untuk benar-benar menjaga Yusuf selama di perjalanan, akhirnya bapaknya mengizinkan juga. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menerangkan dengan firman-Nya:


قَالُوْا يٰأَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلٰى يُوْسُفَ وَإِنَّا لَهٗ لَنَاصِحُوْنَ    أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَّرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَإِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ 

قَالَ إِنِّيْ لَيَحْزُنُنِيْ أَنْ تَذْهَبُوْا بِهٖ وَأَخَافُ أَنْ يَّأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غٰفِلُوْنَ   قَالُوْا لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَّخٰسِرُوْنَ 


Artinya: “Mereka berkata: “Wahai ayah kami, apa sebabnya engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menginginkan kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya.” Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan srigala, sedang kamu lengah daripadanya.” Mereka berkata: “Jika ia benar-benar dimakan srigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi.” (QS. Yusuf: 11-14)

Kemudian mereka membawa Yusuf AS pergi ke suatu tempat yang jauh. Mereka telah sepakat untuk memasukan Yusuf AS ke dalam sebuah sumur. Dan rencana itu akhirnya mereka laksanakan juga. Lalu, mereka semua pulang ke rumah bapaknya sambil berpura-pura menagis. Mereka berkata: “Wahai bapak kami, sesungguhnya kami membawa berita duka tentang Yusuf. Yakni, ketika kami sedang bermain dengannya di suatu tempat, tiba-tiba datang seekor serigala dan langsung menerkam Yusuf.

وَجَاءُوْا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَّبْكُوْنَ ۗ

Kemudian mereka datang kepada ayah mereka pada petang hari sambil menangis.

قَالُوْا يٰأَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُۚ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صٰدِقِيْنَ

 Mereka berkata, "Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan engkau tentu tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benar."

وَجَاءُوْا عَلٰى قَمِيْصِهٖ بِدَمٍ كَذِبٍۗ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًاۗ فَصَبْرٌ جَمِيْلٌۗ وَاللّٰهُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ

 Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Dia (Yakub) berkata, "Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."

(QS. Yusuf: 16-18)

Di dalam sumur di pinggir hutan, Nabi Yusuf tidak celaka, karena sumur itu ternyata tidak banyak berair. Ketika datang musafir yang hendak mengambil air dari sumur itu, Nabi Yusuf yang masih kecil itu menggantung pada tali tambangnya; maka naiklah ia ke atas. Sang musafir terkejut bukan main, tapi segera ia amati Nabi Yusuf seraya berkata: “Aduhai, alangkah gembiranya kita memperoleh anak yang rupawan ini.”

Kebetulan musafir itu adalah seorang pedagang. Maka Nabi Yusuf dibawanya ke negeri Mesir, kemudian dijual kepada pembesar di sana. Pembesar negeri Mesir amat gembira memperoleh seorang anak yang rupawan seperti Yusuf, karena dia sendiri kebetulan tidak mempunyai seorang anak pun. Maka Nabi Yusuf diambil sebagai anak angkatnya, dipelihara dengan baik sebagaimana anak kandungnya. Dalam hal itu, istri pembesar itulah yang merawat Nabi Yusuf dan melayani segala keperluannya. Siti Zulaiha, ibu angkat Yusuf, amat menyayangi anak angkatnya itu

Siti Zulaiha dengan Nabi Yusuf AS

Setelah yusuf menjadi dewasa, tampaklah wajahnya yang tampan, gagah, dan sangat menarik hati setiap orang yang melihatnya. Siti Zulaiha yang semula menjadi ibu angkat Nabi Yusuf AS, lambat laun menaruh cinta kepadanya. Sampai pada waktu tertentu, rasa cinta itu tidak dapat dibendungnya lagi.

Pada suatu hari, Siti Zulaiha membujuk Nabi Yusuf As agar mau bersama dia. Dimasukinya kamar Yusuf dan dikuncinya pintunya. Melihat keadaan itu, Nabi Yusuf AS berpaling darinya. Siti Zulaiha tampaknya sudah tergoda oleh nafsunya, maka dia paksa Nabi Yusuf untuk memenuhi keinginannya. Maka, dengan ketakutan, Nabi Yusuf segera berlari membuka pintu kamar hendak keluar. Tapi malang, Siti zulaiha berhasil menarik baju belakang Nabi Yusuf AS dan koyaklah baju itu, persis di depan pintu. Tepat pada waktu itu, suami Siti Zulaiha datang dari tempat bekerjanya dan menuju kamar Yusuf. Melihat kejadian itu, terperanjatlah sang suami, dan juga Siti Zulaiha sendiri. Karena cemas dan takut kepada suaminya, Situ Zulaiha segera mendahului berkata kepada suaminya. “Bagaimana balasan, kepada orang yang akan berbuat jahat kepada istrimu?” Sang pembesar berkata: “Ia harus segera dimasukkan ke dalam penjara dan disiksa yang pedih.” Tetapi, Nabi Yusuf AS segera berkata membela diri. “Sesungguhnya dialah yang membujuk aku.” Maka terjadilah perdebatan antara ketiganya. Maka berkatalah seorang saksi yang tak lain adalah anak paman Siti Zulaiha untuk menengahi bahwa jika bajunya sobek di muka maka wanita benar dan Yusuf yang salah dan sebaliknya. Firman Allah SWT:

قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِيْ عَنْ نَّفْسِيْ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِّنْ أَهْلِهَاۚ إِنْ كَانَ قَمِيْصُهٗ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ 

Dan (Yusuf) berkata, "Dia yang menggodaku dan merayu diriku." Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, "Jika baju gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta.

وَإِنْ كَانَ قَمِيْصُهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ 

 Dan jika baju gammisnya koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang dusta, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang benar."
” (QS. Yusuf: 26-27)

Ketika ternyata dibuktikan bahwa baju Nabi Yusuf koyak di belakang, maka sadarlah Siti Zulaikha akan kesalahannya dan suaminya yang bijaksana itu memaafkannya. Tetapi, di luar istana, berita itu ternyata menjadi bahan perbincangan penduduk, terutama di kalangan kaum wanita kawan-kawan Siti Zulaiha sendiri. Tersebarlah berita bahwa Siti Zulaikha, istri pembesar Mesir, telah jatuh cinta kepada anak angkatnya sendiri. Siti Zulaiha maklum akan hal itu, dan dia segera mencari akal untuk mempermalukan kaum wanita yang memperolok-olokkannya itu. Maka diundanglah seluruh wanita Mesir dalam acara pesta bersama. Setelah seluruhnya hadir, diberinyalah mereka masing-masing sebilah pisau dan buah-buahan sebagai jamuannya. Ketika wanita-wanita itu mulai memotong buah-buahan yang disediakan, Siti Zulaiha memerintahkan Nabi Yusuf AS untuk keluar ke ruangan pesta itu. Maka tampaklah ketampanan Nabi Yusuf AS dan tercenganglah wanita-wanita yang ada di tempat itu. Beberapa di antara mereka berucap keheranan “Masya Allah; barangkali ini malaikat bukan manusia!”

Karena terpesona memandang ketampanan Nabi Yusuf, tamu-tamu wanita itu terlena dan tanpa sadar mereka menyayat jari-jari mereka sendiri dengan pisau yang ada di tangan masing-masing. Di dalam Al-Qur’an diceritakan:

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَّاٰتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّيْنًا وَّقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّۚ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهٗ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّۖ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا هٰذَا بَشَرًاۗ إِنْ هٰذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيْمٌ 

Artinya: “Maka tatkala wanita itu (Zulaiha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.”(QS. Yusuf: 31)

Melihat itu, Siti Zulaiha merasa puas dan berkata kepada wanita-wanita itu, sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Qur’an:


Nabi Yusuf Dipenjarakan

Atas keinginannya sendiri, Nabi Yusuf AS dipenjarakan oleh pembesar negeri Mesir, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an:.

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْ إِلَيْهِۚ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ

Artinya “Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)

Demikianlah kebijaksanaan dan ketinggian budi pekerti Nabi Yusuf AS untuk melindungi ibu angkatnya dari rasa malu. Sengaja ia pisahkan dirinya dari Siti Zulaiha dan bertindak seolah-olah sebagai yang bersalah dalam persoalan itu, agar wanita-wanita di seluruh negeri Mesir menarik tuduhannya itu. Di dalam penjara, Nabi Yusuf menunjukan budi pekerti yang baik terhadap kawan-kawan setempatnya.

Peristiwa dalam Penjara
Suatu hari, dua orang kawannya di penjara datang menghadap Nabi Yusuf As. Yang seorang berkata kepadanya: “Saya telah bermimpi seolah-olah saya memeras buah anggur untuk membuat tuak.” Dan yang seorang lagi berkata: “Saya bermimpi seolah-olah saya menjunjung roti di atas kepala, tetapi tiba-tiba roti itu disambar burung.

Keduanya meminta Nabi Yusuf As menerangkan arti mimpi kedua orang temannya itu. Maka Nabi Yusuf As menerangkan arti mimpi kedua temannya itu seraya berkata: “Tentang mimpimu (yang pertama), takwilnya adalah engkau akan segera dibebaskan dari penjara ini dan kembali bekerja seperti semula, yakni menjadi tukang kebun istana. Adapun engkau (yang kedua), mimpimu itu membawa arti bahwa engkau akan dihukum salib, dan bangkaimu akan dimakan oleh burung-burung.”

Benarlah, apa yang dikatakan oleh Nabi Yusuf As itu memang benar terjadi. Kepandaian Nabi Yusuf AS dalam menafsirkan mimpi itu adalah anugerah dari Allah SWT.


Nabi Yusuf Keluar dari Penjara

Suatu ketika, Raja Mesir bermimpi, dan ia merasa gelisah akan mimpinya itu. Maka dikumpulkanlah para ahli ramal untuk mentakwilkan arti mimpinya. Tetapi tak satu pun di antara mereka yang sanggup memberikan keterangan dengan sebenarnya. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menerangkan:

وَقَالَ الْمَلِكُ إِنِّيْ أَرٰى سَبْعَ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعَ سُنْبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّأُخَرَ يٰبِسٰتٍۗ يٰأَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُوْنِيْ فِيْ رُؤْيَايَ إِنْ كُنْتُمْ لِلرُّؤْيَا تَعْبُرُوْنَ  

قَالُوْا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍۚ وَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيْلِ الْأَحْلَامِ بِعٰلِمِيْنَ

Artinya: “Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpi.” Mereka berkata: “(itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menta’birkan mimpi itu.” (QS. Yusuf: 43-44)

Tiba-tiba, datanglah menghadap Raja tukang kebun yang dahulu pernah dipenjarakan bersama Nabi Yusuf AS. Ia memberitakan tentang adanya seorang yang dapat menakwilkan mimpi, yaitu Yusuf AS yang kini berada di penjara. Karenanya, tukang kebun itu mohon diizinkan untuk menemui Nabi Yusuf di penjara dan menanyakan takwil mimpi Raja itu. Raja Mesir memberikan izin kepadanya. Bagaimana jawaban Nabi Yusuf, Al-Qur’an menceritakan hal itu yang artinya:

وَقَالَ الَّذِيْ نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا أُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيْلِهٖ فَأَرْسِلُوْنِ

يُوْسُفُ أَيُّهَا الصِّدِّيْقُ أَفْتِنَا فِيْ سَبْعِ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعِ سُنْبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّأُخَرَ يٰبِسٰتٍۙ لَّعَلِّيْ أَرْجِعُ إِلَى النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُوْنَ

قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَأَبًاۚ فَمَا حَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْبُلِهٖ إِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ

ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ

ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْ بَعْدِ ذٰلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ

Artinya: “Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: “Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menta’birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).” (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dan berseru): “Yusuf, hai orang yang dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.” Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit unntuk kamu makan.. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.” (QS. Yusuf: 45-49)

Tukang kebun segera menemui Raja, dan menerangkan arti mimpi itu yang ia dengar dari Nabi Yusuf As. Raja Mesir amat kagum dan senang terhadap jawaban itu. Maka ia perintahkan supaya Yusuf dihadapkan kepadanya. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menerangkan tentang hal ini dengan firman-Nya:

وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُوْنِيْ بِهٖ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِيْۚ فَلَمَّا كَلَّمَهٗ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِيْنٌ أَمِيْنٌ

قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَائِنِ الْأَرْضِۚ إِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ

Artinya: “Dan raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku.” Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.” Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 54-55)

Nabi Yusuf Menjadi Bendaharawan Kerajaan
Kehendak Allah atas Nabi Yusuf As berlaku. Demikianlah, seperti yang di firmankan di dalam Al-Qur’an:

وَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْأَرْضِ يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاءُۗ نُصِيْبُ بِرَحْمَتِنَا مَنْ نَّشَاءُ وَلَا نُضِيْعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya: “Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir, (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf: 56)

Nabi Yusuf As akhirnya dibebaskan dari penjara. Demikianlah Allah SWT menempatkannya di tempat yang selayaknya, setelah bertahun-tahun beliau hidup dalam penjara dengan segala kesabaran dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Nabi Yusuf As dipercaya untukk mengatur persediaan bahan makanan pokok untuk kepentingan seluruh rakyat. Dan pekerjaan itu dilaksanakannya dengan baik. Tujuh tahun setelah itu terjadilah masa paceklik, sesuai dengan mimpi Raja Mesir. Musim kemarau berkepanjangan, sehingga kelaparan menimpa seluruh daerah, bukan saja di Mesir melainkan sampai ke negeri-negeri lain, termasuk Kan’an, tempat menetapnya Nabi Ya’qub, ayah Nabi Yusuf AS.

Masa paceklik itu benar-benar menyulitkan keadaan rakyat di beberapa negeri. Tapi di Mesir keadaan berbeda. Berkat keterampilan Nabi Yusuf As persediaan makanan di dalam negeri Mesir masih cukup, bahkan berlimpah. Itulah sebabnya, banyak orang dari berbagai negeri yang bertetangga dengan Mesir berdatangan untuk meminta bantuan bahan makanan.

Suatu ketika, datanglah sepuluh orang menghadap Nabi Yusuf As untuk meminta bantuan bahan makanan. Mereka adalah anak-anak Nabi Ya’qub As. Melihat mereka, Nabi Yusuf segera mengenali mereka. Mereka adalah saudara-saudaranya sendiri yang datang dari Kan’an, negeri tetangga Mesir dan tempat tinggal bapaknya, Nabi Ya’qub As. Maka dilayanilah kesepuluh orang itu dengan penuh perhatian. Nabi Yusuf As memerintahkan bawahannya untuk memenuhi kantung-kantung gandum kesepuluh tamunya itu hingga cukup. Setelah itu, kepada mereka Nabi Yusuf As menanyakan perihal keluarga dan sebagainya. Kesepuluh orang itu menceritakan segalanya dengan lengkap, termasuk saudara bungsu mereka, Bunyamin, yang tidak ikut bersama mereka kerena dicegah oleh ayahnya.

Setelah beres semuanya, mereka minta izin kepada Nabi Yusuf As untuk meninggalkan Mesir dan pulang ke Kan’an. Tetapi, sebelum pergi, Nabi yusuf As berpesan kepada mereka, apabila kelak kembali lagi ke Mesir, Bunyamin harus dibawa. Kalau tidak, maka bantuan bahan makanan yang diharapkan tidak akan diberikan.

Maka pulanglah mereka dengan hati lega, karena membawa gandum yang banyak. Sampai di rumah, mereka menceritakan semua kejadian yang mereka alami kepada ayah mereka, Nabi Ya’qub AS selama berada di negeri Mesir. Mereka juga mengemukakan tentang permohonan bendaharawan negeri Mesir itu agar jika kembali Bunyamin harus diajak. Nabi Ya’qub dengan tegas melarang keinginan anak-anaknya itu, karena beliau masih teringat tentang hilangnya Nabi Yusuf As ketika pergi bersama-sama saudara-saudaranya itu. Nabi Ya’qub tidak ingin peristiwa yang sama menimpa Bunyamin. Tetapi kesepuluh anaknya itu mendesaknya, dengan alasan mereka tidak akan memperoleh bahan makanan dari Mesir kecuali jika Bunyamin ikut pergi bersama. Akhirnya, dengan berat hati Nabi Ya’qub mengizinkan mereka membawa Bunyamin, dengan bermacam-macam pesan dan nasehat yang disertakan.

Bunyamin pergi bersama kesepuluh saudaranya ke Mesir, dan menghadap Yusuf AS untuk meminta lagi bantuan bahan makanan. Nabi Yusuf As menyambut mereka dengan senang hati dan penuh perhatiannya. Beliau segera memerintahkan pelayannya untuk memenuhi kantung-kantung gandum mereka. Sementara itu, Bunyamin beliau bawa masuk ke dalam kamarnya. Kemudian, Nabi Yusuf As berbisik kepada Bunyamin: “Sesungguhnya akulah Yusuf saudaramu. Maka janganlah engkau berduka cita lagi.” Maka mereka berdua saling melepas rindu bersama, tanpa diketahui oleh kesepuluh saudara mereka yang lain.

Kemudian, Nabi Yusuf As menjamu saudara-saudaranya dengan baik serta menghormatinya. Setelah segalanya siap, mereka minta izin untuk kembali ke Kan’an. Nabi Yusuf menghendaki Bunyamin tetap tinggal bersamanya. Tetapi, bagaimana itu dapat terlaksana? Memohon izin dari kesepuluh saudaranya jelas tidak mungkin. Mereka tidak akan mengizinkan Nabi Yusuf As menahan Bunyamin, karena mereka telah berjanji kepada ayah mereka dengan sungguh-sungguh untuk menjaga dan membawa kembali Bunyamin ke Kan’an dengan selamat.

Maka Nabi Yusuf As mencari jalan lain. Diperintahkannya salah seorang pelayannya untuk memasukkan sebuah piala kerajaan ke dalam kantung gandum milik Bunyamin. Ketika saudara-saudara Nabi Yusuf As itu sudah berangkat pulang, beberapa saat kemudian mereka dipanggil kembali ke istana untuk diperiksa. Alasannya, piala kerajaan hilang, dan penduduk harus diperiksa. Ketika diperiksa ternyata di dalam kantung gandum Bunyamin piala itu diketemukan, maka diputuskan bahwa Bunyamin pencurinya. Untuk itu, ia harus dipenjara di Mesir. Maka menangislah kesepuluh saudara Nabi Yusuf seraya memohon ampun atas kesalahan saudaranya. Mereka berkata: “Wahai Tuan yang mulia, sesungguhnya ayah kami sudah amat tua. Beliau akan sangat bersedih jika kami kembali tanpa membawa Bunyamin. Karenanya, tahan saja salah seorang dari kami dan biarkanlah Bunyamin pulang ke negeri Kan’an.” Nabi Yusuf menolak permohonan mereka seraya berkata: “Aku berlindung kepada Allah SWT dari apa yang engkau katakan. Aku tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Jika demikian, tentulah aku termasuk orang-orang yang aniaya.”

Kembali ke Kan’an Tanpa Bunyamin
Setelah berkali-kali permohonan mereka untuk membawa Bunyamin ditolak, maka akhirnya kesepuluh saudara Nabi Yusuf As berputus asa. Mereka terpaksa kembali pulang dengan kebingungan dan kesedihan yang luar biasa. Setibanya di rumah, mereka menceritakan seluruh kejadian itu kepada ayahnya, juga tentang Bunyamin yang ditahan di Mesir karena mencuri piala Raja. Mendengar itu, Nabi Ya’qub As berpaling dari anak-anaknya. Beliau bergumam: “Alangkah duka-citaku mengenang Yusuf. Telah buta mataku karena kesedihan itu.” Murkanya kepada mereka beliau tahan di dalam hati.

Melihat itu, anak-anaknya berkata: “Ayah, janganlah engkau selalu mengingat-ingat Yusuf yang telah tiada, dan janganlah memikirkan kembali peristiwa-peristiwa yang telah lalu, nanti ayah sakit jadinya dan meninggal dunia.” Tapi Nabi Ya’qub menjawab teguran anaknya dengan berkata: “Aku hanya mengadukan halku ini kepada Allah SWT, dan aku mengetahui dari Allah tentang apa-apa yang tidak kamu ketahui.”

Kembali ke Mesir
Memikirkan nasib ayahnya, saudara-saudara Nabi Yusuf As amat berduka-cita. Mereka merasa amat iba melihat ayahnya yang semakin melemah karena rasa dukanya. Maka, bersepakatlah mereka untuk kembali ke Mesir dan memohon kembali kepada penguasanya agar Bunyamin dibebaskan. Dengan begitu, mereka berharap ayahnya akan terhibur kesedihannya. Maka, setelah berpamitan, mereka berangkat dengan tekad yang bulat. Sampai di Mesir, mereka kembali mengajukan permohonan kepada Nabi Yusuf As dengan mengiba-iba agar Bunyamin dapat mereka bawa pulang. Mereka ceritakan tentang kesedihan ayah mereka yang luar biasa menghadapi peristiwa itu. Maka, Nabi Yusuf As tidak tahan mendengarnya. Akhirnya, dibukanyalah rahasia dirinya di hadapan saudara-saudaranya itu. Allah SWT menerangkan kisah itu di dalam Al-Qur’an dengan firman-nya yang artinya:

قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَّا فَعَلْتُمْ بِيُوْسُفَ وَأَخِيْهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُوْنَ

قَالُوْا أَئِنَّكَ لَأَنْتَ يُوْسُفُۗ قَالَ أَنَا يُوسُفُ وَهَذَا أَخِي قَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَاۗ إِنَّهٗ مَنْ يَّتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ

قَالُوْا تَاللّٰهِ لَقَدْ اٰثَرَكَ اللّٰهُ عَلَيْنَا وَإِنْ كُنَّا لَخٰطِئِيْنَ

قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ

اِذْهَبُوْا بِقَمِيْصِيْ هٰذَا فَأَلْقُوْهُ عَلٰى وَجْهِ أَبِيْ يَأْتِ بَصِيْرًاۚ وَأْتُوْنِيْ بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِيْنَ

Artinya: “Yusuf berkata: “Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatan itu?” Mereka berkata: “Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?” Yusuf berkata: “Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami.” Sesungguhnya barangsiapa yang bertaqwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” Mereka berkata: “Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).” Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti dia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku.” (QS. Yusuf: 89-93)

Pertemuan Nabi Yusuf dengan Ayahnya
Maka kembalilah saudara-saudara Nabi Yusuf As ke negeri Kan’an dengan penuh riang gembira dan menyampaikan berita gembira itu kepada ayah mereka. Tiba di rumah, mereka langsung menemui ayahnya dengan dengan membawa baju gamis Nabi Yusuf As untuk diserahkan. Nabi Ya’qub mencium baju gamis itu, maka matanya yang buta itu tiba-tiba dapat melihat kembali, dengan izin Allah SWT. Kemudian, berceritalah semua anaknya itu tentang peristiwa yang mereka alami, tentang Nabi Yusuf dan Bunyamin. Nabi Ya’qub As mendengar semua itu dengan hati yang gembira, lalu berkata: “Marilah kita lupakan peristiwa yang lampau. Aku berdo’a kepada Allah SWT semoga Dia mengampuni dosa-dosamu dan dosa-dosaku, karena Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Sekarang, marilah kita berangkat ke Mesir.”

Di Mesir Nabi Ya’qub As akhirnya bertemu dengan kedua anaknya yang sangat ia cintai, Nabi Yusuf As dan Bunyamin. Seketika itu, Nabi Yusuf As mengangkat kedua tangannya ke atas seraya berdo’a kepada Allah SWT, sebagaimana tersebut di dalam Al-Qur’an yang artinya:


Artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan Akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh.” (QS. Yusuf: 101)

Hikmah dari Kisah Nabi Yusuf AS
1. Nabi Yusuf sangat tampan, namun ketampanannya tidak membuatnya lupa diri dan sebagai modal untuk berbuat kekejian. Namun sebaliknya, ia bersikap lemah lembut dan berbudi pekerti yang baik.

2. Keimanan yang kuat dapat menangkal godaan iblis untuk melakukan perbuatan keji dan munkar. Nabi Yusuf digoda oleh seorang istri raja yang terhormat, cantik dan kaya raya, namun ia tidak tergoda dan sangat takut kepada Allah.

3. Kecerdikan dan kearifan Nabi Yusuf, ia pergunakan untuk membantu kepentingan masyarakat, demi kemakmuran dan kesejahteraan mereka.


Demikian Sejarah Riwayat Kisah Mukjizat Kisah Nabi Yusuf AS lengkap