Kisah Nabi Idris as dengan Malaikat Izrail tentang Surga Neraka dan Kematian secara lengkap
Kisah Nabi Idris As - Nabi Idris as adalah keturunan keenam dari Nabi Adam as. Dia adalah putra dari Qabil dan Iqlima (putra dan putri Nabi Adam as). Nabi Idris itu nama aslinya adalah Khonukh yang termasuk nenek moyang nabi Nuh ‘alaihissalam.
Nabi Idris ‘alaihissalam adalah seorang nabi yang Allah puji akan sifat pembenaran yang sempurna, mempunyai ilmu yang sempurna, keyakinan yang kokoh, dan banyaknya amal shaleh.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengangkat namanya ke seluruh penjuru alam, serta Allah angkat kedudukannya di antara makhluk yang dekat dengan-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikianlah komentar Syaikh As-Sa’di dalam menafsirkan Surat Maryam: 56-57.
Dalam Alquran dan sunah tidaklah terlalu panjang lebar cerita akan Nabi Idris ‘alaihissalam. Dalam Alquran hanya tiga ayat yang menyebut langsung tentangnya. Di antaranya,
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا {56} وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا {57}
“Dan ingatlah apa di dalam al-Kitab tentang Nabi Idris. Dia adalah seorang sangat pembenar, lagi seorang Nabi.” (QS. Maryam: 56-57)
Nabi Idris ‘alaihissalam bertemu Rasulullah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di langit yang keempat saat peristiwa isra mi’raj. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menempatkan kedudukannya pada derajat yang tinggi di antara para nabi lainnya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat yang lain,
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ كَلٌّ مِّنَ الصَّابِرِينَ
“Dan Nabi Ismail, Nabi Idris, Nabi Dzulkifli, mereka termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anbiya: 85)
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَاءِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُ الرَّحْمَـنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
“Mereka itulah adalah orang-orang yang Allah telah beri nikmat, yaitu kalangan para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami angkat bersama Nuh dari keturunan Ibrohim dan Israil, dan dari orang-orang yang Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyangka dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam: 58)
Allah SWT memerintahkan Nabi Idris untuk mengajak seluruh manusia agar berjalan pada kebenaran. Saat itu dia adalah manusia pertama yang menerima wahyu lewat Malaikat Jibril ketika dirinya berusia 82 tahun.
Nabi Idris as memiliki mukjizat atau kelebihan, yaitu:
1. Manusia pertama yang pandai baca tulis dengan pena.
2. Nabi Idris diberi macam-macam pengetahuan mulai dari merawat kuda, ilmu perbintangan (falaq), hingga ilmu berhitung yang sekarang dikenal dengan matematika.
3. Nama Idris berasal dari kata Darasa yang artinya belajar. Nabi Idris pun kenal sangat senang belajar, dan tekun mengkaji fenomena alam semesta.
4. Nabi Idris adalah orang pertama yang pandai memotong dan menjahit pakaiannya. Orang-orang sebelumnya konon hanya mengenakan kulit binatang sebagai penutup aurat.
Nabi Idris mendapat gelar sebagai 'Asadul Usud' yang artinya Singa, karena ia tidak pernah putus asa ketika menjalankan tugasnya sebagai seorang Nabi. Ia tidak pernah takut menghadapi umatnya yang kafir. Namun ia tidak pernah sombong, ia juga memiliki sifat pemaaf.
Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail.
Maka Malaikat Maut, Izrail bermohon kepada Allah Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Allah Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
“Assalamu’alaikum, yaa Nabi Allah”. Salam Malaikat Izrail,
“Wa’alaikum salam wa rahmatulloh”. Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.
Seperti tamu yang lain, Nab i Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail.
Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya “menghadap”. Allah sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.
Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan “tamunya” itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan. “Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita”. pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).
“Subhanallah, (Maha Suci Allah)” kata Nabi Idris a.s.
“Kenapa?” Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
“Buah-buahan ini bukan milik kita” . Ungkap Nabi Idris a.s.
Kemudian Beliau berkata: ” Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”.
Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan pikir Nabi Idris a.s.
” Siapakah engkau sebenarnya?” tanya Nabi Idris a.s.
“Aku Malaikat Izrail”. Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.
“Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku?” selidik Nabi Idris a.s serius.
“Tidak” Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
“Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu”. Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.
“Aku punya keinginan kepadamu”. Tutur Nabi Idris a.s
“Apa itu? Katakanlah!”. Jawab Malaikat Izrail.
“Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku” . Pinta Nabi Idris a.s.
“Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya” , tolak Malaikat Izrail. Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s.
Dengan izin Allah Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.
Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Allah mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku? ” Tanya Malaikat Izrail.
“Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”. Jawab Nabi Idris a.s.
“Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”. Kata Malaikat Izroil
Lalu Nabi Idris berkata, “Wahai Malaikat Maut, aku punya keinginan untukmu yang lain. Aku ingin melihat neraka Jahanam agar aku bisa beribadah setelah aku melihat belenggu dan tali kekang di dalam neraka Jahanam.” Malaikat Maut berkata, “
Bagaimana aku bisa pergi bersamamu ke neraka Jahanam tanpa izin Allah.” Kemudian Allah mengizinkannya pergi bersama Nabi Idris menuju neraka Jahanam. Maka, pergilah Malaikat Maut bersama Nabi Idris ke neraka Jahanam dan melihat di dalamnya seluruh ciptaan yang dibenci Allah dari mulai rantai, belenggu, tali kekang yang terbuat dari ular-ular, kalajengking, api, tir, zaqqum dan air panas. Setelah melihat isi neraka Jahanam, lalu keduanya pulang.
Maka, Nabi Idris berkata, “Aku punya keinginan yang lain lagi. Aku ingin agar engkau pergi bersamaku ke surga hingga aku dapat melihat ciptaan Allah yang ada di dalamnya untuk hamba-hamba-Nya dan agar semakin bertambah ketaatanku”.
Malaikat Maut berkata, “Bagaimana aku bisa pergi bersamamu ke surga tanpa izin dari Allah Ta’ala?” Lalu Allah pun mengizinkan keduanya untuk pergi ke surga. Kemudian keduanya pergi dan berhenti di pintu surga. Maka, Nabi Idris bisa melihat isi surga dari mulai nikmat-nikmat, kerajaan-kerajaan besar, makanan-makanan besar, pohon-pohon, tanaman-tanaman dan buah-buahan.
Kemudian Nabi Idris berkata, “Wahai Saudaraku, aku telah merasakan perjalanan mati dan aku sudah melihat kengerian dan kedahsyatan neraka Jahim. Maka, apakah engkau bisa memohon kepada Allah agar mengizinkan aku untuk masuk ke dalam surga dan meminum airnya supaya hilang dariku sakitnya perjalanan mati dan kengerian neraka Jahim?”
Malaikat Maut pun memohon izin kepada Allah agar mengizinkan Nabi Idris untuk masuk ke dalam surga kemudian keluar lagi. Maka, masuklah Nabi Idris ke dalam surga dan meninggalkan sandalnya di sebuah pohon yang ada di dalam surga, lalu keluar dari surga. Kemudian Nabi Idris berkata, “Wahai Malaikat Maut, sandalku tertinggal di dalam surga, maka kembalikanlah aku ke dalam surga!”
Lalu Nabi Idris pun kembali masuk surga dan tidak keluar lagi. Seketika itu, menjeritlah Malaikat Maut, “Wahai Nabi Idris, keluarlah dari surga!”. Nabi Idris menjawab, “Aku tidak akan keluar, karena Allah Ta’ala berfirman: ‘Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati’ (QS. Ali Imran: 185).
Dan aku sudah merasakannya.
Kemudian Allah berfirman: ‘Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu’ (QS. Maryam: 71). Sungguh, aku juga sudah mendatanginya. Lalu Nabi Idris berkata lagi, “Allah berfirman: ‘dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya’ (QS. Al-Hijr: 48).
Maka, siapa yang akan mengeluarkanku darinya. Kemudian Allah Ta’ala berfirman kepada Malaikat Maut, “Tinggalkanlah dia, sesungguhnya Aku sudah menetapkan di alam azali, bahwa dia adalah penghuni surga.”
Ada beberapa pesan yang disampaikan oleh Nabi Idris as semasa hidupnya kepada para umat. Pesan atau nasehat itu antara lain:
1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.
2. Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
3. Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
4. Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
5. Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
6. Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7. Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
8. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dpt bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehinya itu.
Demikian Kisah Nabi Idris as dengan Malaikat Izrail tentang Surga Neraka dan Kematian