Niat Puasa Syawal, Keutamaan 6 Hari Puasa Syawal dan Amalan Sunnah Di Bulan Syawal
Niat Keutamaan Puasa Syawal - Pada tanggal 1 Syawal, umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri sebagai perayaan setelah menjalani puasa pada bulan sebelumnya yakni bulan Ramadan. Syawal merupakan salah satu bulan hijriah yang dianjurkan melakukan puasa enam hari setelah Merayakan Idul fitri.
Salah satu fungsi puasa adalah sebagai perisai. Rasulullah SAW bersabda, "Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan?" (Lalu beliau bersabda,) "Puasa adalah perisai." (HR Tirmidzi). Syekh Nashiruddin al-Albani mengatakan hadis ini sahih.
Dalam hadis ini Rasulullah SAW tidak menyebutkan secara spesifik apakah puasa yang dimaksudkannya itu puasa wajib atau puasa sunah. Oleh karena itu, kita dapat menarik kesimpulan bahwa puasa wajib dan puasa sunah dapat difungsikan sebagai perisai.
Merujuk pada hadis ini puasa adalah perisai bagi orang Islam yang melaksanakannya, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa merupakan perisai dari kemaksiatan, sedangkan di akhirat, ia merupakan perisai dari azab neraka.
Dalam hadis qudsi Rasulullah SAW bersabda, "Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku akan memberi petunjuk pada pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang dia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang dia gunakan untuk melangkah/berjalan. Jika dia memohon sesuatu kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya. Jika dia memohon perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku melindunginya." (HR Bukhari).
Itulah di antara keutamaan ibadah sunah termasuk puasa sunah. Adapun salah satu puasa sunah pada (bulan) Syawal adalah puasa enam hari. Hal ini disandarkan pada sabda Rasulullah SAW dari Abu Ayyub al-Anshari, beliau bersabda, "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan lantas berpuasa enam hari pada Syawal maka dia laksana berpuasa setahun." (HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Menurut riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, puasanya menjadi sempurna setahun (penuh)." (HR Nasa'i dan Ibnu Majah). Allah berfirman, "Barang siapa mengerjakan kebaikan, baginya balasan 10 kali lipatnya." (QS al-An'am [6]: 160).
Mengutip keterangan Syekh Muhammad Nawawi al- Bantani dalam Syarh Muslim, "Ulama mazhab Syafi'i berpandangan bahwa puasa enam hari pada Syawal paling utama/afdal dilaksanakan secara berturut-turut setelah Idul Fitri. Namun, jika tidak secara berturut-turut (setelah Idul Fitri) atau dilaksanakan hingga akhir Syawal pun tetap akan mendapatkan keutamaan puasa Syawal sepanjang sebelumnya telah melaksanakan puasa Ramadhan."
Menurut Ibnu Rajab al-Hambali, keutamaan puasa enam hari pada Syawal antara lain menggenapkan pahala puasa Ramadhan menjadi setahun penuh. Selain itu, kedudukan puasa sunah pada Sya'ban dan Syawal ter hadap puasa Ramadhan untuk menutupi kekurangan yang mungkin terjadi pada pelaksanaan puasa Ramadhan.
Hukum Puasa Syawal
Hukum berpuasa enam hari di bulan Syawal adalah sunah yang boleh dilaksanakan mulai tanggal dua Syawal. Apabila melaksanakan puasa sunah Enam hari ini pada tanggal satu Syawal maka hukumnya tidak sah dan haram. Dalam hadits disebutkan, dari Abu Sa’id al-Khudri, dia berkata,
“Nabi Muhammad Saw., melarang berpuasa pada dua hari raya; idul fitri dan idul adha.(maksudnya tanggal satu Syawal atau sepuluh bulan Dzulhijjah .
Waktu haram puasa adalah waktu di mana umat Islam dilarang berpuasa. Hikmahnya adalah ketika semua orang bergembira, seseorang itu perlu turut bersama merayakannya.
Berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal)
Berpuasa pada Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijjah)
Berpuasa pada hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah)
Berpuasa pada hari yang diragukan (apakah sudah tanggal satu Ramadan atau belum)
Berpuasa saat diri berhalangan, seperti: Haid
Praktik berpuasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan berpuasa di bulan Ramadhan, boleh bersahur dan berhenti sahur saat waktu imsak. Perbedaannya, pada saat melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal, boleh dilakukan secara berurutan atau berselang hari yang penting masih di bulan Syawal. Namun apabila merujuk pada firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 133, sebaiknya dilaksanakan sesegera mungkin.
Allah berfirman, “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”.
Niat Puasa Syawal
Niat adalah salah satu rukun puasa serta ibadah lain pada umumnya. Berdasarkan dari hadits Rasulullah SAW, segala sesuatu itu bergantung pada niat. Begitu pula dengan puasa Syawal. Melansir dari NU Online, berikut lafal niat puasa Syawal yang dianjurkan oleh beberapa ulama,
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.
Artinya:
“Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT.”
Adapun seseorang yang ingin mengamalkan sunnah puasa Syawal secara mendadak di pagi hari, maka diperbolehkan baginya berniat saat itu juga. Hal ini karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib saja. Sedangkan, untuk puasa sunnah niat boleh dilafalkan di siang hari. Namun, dengan syarat seseorang belum makan, minum serta hal-hal lain yang membatalkan puasa.
Beberapa ulama juga menganjurkan melafalkan niat puasa Syawal di siang hari.
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.
Artinya:
“Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT."
Cara Melaksanakan Puasa Syawal
Seperti dikatakan sebelumnya, waktu puasa Syawal dilakukan selama 6 hari di bulan Syawal. Sebagaimana yang sudah disebutkan dalam hadits:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim).
- Puasa Syawal dilakukan selama 6 hari di bulan Syawal
- Lebih utama dilakukan sehari pasca Idul Fitri, namun tidak mengapa bila dilakukan di akhir-akhir bulan Syawal
- Lebih utama dilakukan secara berurutan, tetapi tidak mengapa bila dilakukan tidak berurutan
- Wajib mengganti puasa terlebih dahulu agar mendapatkan keutamaan puasa Syawal
Keutamaan Puasa Syawal
Setara Puasa Satu Tahun
Hadis sahih terkait Syawal, bisa dicontohkan: Pertama, dari Abu Ayyub radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang berpuasa Ramadlan, kemudian diikuti puasa enam hari bulan Syawal maka itulah puasa satu tahun.” (HR. Ahmad & Muslim)
Hadis kedua , A’isyah radliallahu ‘anha mengatakan, “Biasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam i’tikaf di hari terakhir bulan Ramadlan. Aku buatkan kemah untuk beliau. Setelah selesai salat subuh, beliau memasukinya. Kemudian Hafshah minta izin Aisyah untuk membuat kemah, Aisyah-pun mengizinkannya. Katika Zainab melihatnya, dia-pun ikut membuat kemah. Di pagi harinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ada banyak kemah.
Beliau bertanya: Apa-apaan ini? Setelah diberi tahu, beliau bersabda kepada para istrinya: “Apakah kalian menganggap ini baik?” Kemudian beliau tidak i’tikaf di bulan itu, dan beliau i’tikaf pada sepuluh hari di bulan Syawal.” (HR. Al Bukhari & Muslim)
Menyempurnakan Ibadah
Keutamaan puasa syawal selanjutnya yakni menyempurnakan ibadah. Seperti ibadah salat sunnah, di mana tindakan tersebut bisa menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib. Khususnya kekurangan yang ada selama bulan Ramadhan.
Ibnu Rajab menjelaskan keutamaan puasa Syawal sebagai berikut:
"Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan." (Latho-if Al Ma’arif, hal. 394.)
Tanda Diterimanya Amalan Puasa Ramadhan
Berikutnya, tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan menjadi keutamaan puasa Syawal. Dikatakan apabila Allah SWT menerima amalan seseorang, maka Dia akan menunjuki pada amalan selanjutnya.
Jika Allah SWT menerima amalan puasa Ramadhan, maka Dia akan menunjuki amalan lainnya. Di antaranya adalah puasa Syawal enam hari.
Ganjaran 10 Kali Lipat
Menjalani puasa Syawal enam hari dapat membuat kalian diberi ganjaran berupa pahala sepuluh kali lipat. Hal ini telah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub yang berbunyi,
"Barangsiapa mengerjakan puasa enam hari bulan Syawal selepas 'Iedul Fitri berarti ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Dan setiap kebaikan diganjar sepuluh kali lipat."
Mendapat Pertolongan Rasulullah
Keutamaan puasa Syawal berikutnya yakni mendapatkan pertolongan dari Rasulullah SAW. Orang yang menjalankan sunnah puasa Syawal, dikatakan akan mendapatkan pertolongan atau syafaat dari Rasulullah SAW. Sebab, orang yang berpuasa Syawal sudah menghidupkan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Dalam hadits riwayat At Tirmidzi menyebutkan,
"siapa yang menghidupkan sunnahku maka sungguh ia mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku bersamaku di surga."
Tanda Peningkatan Iman
Terakhir, keutamaan puasa syawal adalah sebagai tanda peningkatan iman. Orang yang berpuasa Syawal bisa dikatakan bila imannya sebagai seorang muslim atau muslimah telah meningkat. Karena itu lah, bulan ini dikenal sebagai bulan Syawal yang memiliki arti bulan peningkatan.
Amalan Sunnah
1. Shalat hari raya di lapangan. Ummu ‘Athiyah radliallahu ‘anha mengatakan,”Kami diperintahkan untuk mengajak keluar gadis yang baru baligh, gadis-gadis pingitan, dan orang-orang haid untuk menghadiri shalat idul fitri dan idul adha…”(HR. Al Bukhari & Muslim)
2. Puasa sunah 6 hari. Dari Abu Ayyub radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang berpuasa Ramadlan, kemudian diikuti puasa enam hari bulan Syawal maka itulah puasa satu tahun.” (HR. Ahmad & Muslim)
Hanya saja, ulama berselisih pendapat tentang tata cara yang paling baik dalam melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal:
Pendapat pertama, dianjurkan untuk menjalankan puasa syawal secara berturut-turut, sejak awal bulan. Ini adalah pendapat Imam Syafi’i dan Ibnul Mubarok. Pendapat ini didasari sebuah hadis, namun hadisnya lemah.
Pendapat kedua, tidak ada beda dalam keutamaan, antara dilakukan secara berturut-turut dengan dilakukan secara terpisah-pisah. Ini adalah pendapat Imam Waki’ dan Imam Ahmad.
Pendapat ketiga, tidak boleh melaksanakan puasa persis setelah idul fitri. Karena itu adalah hari makan dan minum. Namun sebaiknya puasanya dilakukan sekitar tengah bulan. Ini adalah pendapat Ma’mar, Abdurrazaq, dan diriwayatkan dari Atha’. (Lathaiful Ma’arif, hlm. 244)
3. I’tikaf. Dianjurkan bagi orang yang terbiasa melakukan i’tikaf, kemudian karena satu dan lain hal, dia tidak bisa melaksanakan i’tikaf di bulan Ramadlan maka dianjurkan untuk melaksanakannya di bulan Syawal, sebagai bentuk qadla sunnah.
Dari A’isyah, beliau menceritakan i’tikafnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian di pagi harinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ada banyak kemah para istrinya. Beliau bertanya: Apa-apaan ini? Setelah diberi tahu, beliau bersabda kepada para istrinya: “Apakah kalian menganggap ini baik?” kemudian beliau tidak i’tikaf di bulan itu, dan beliau i’tikaf pada sepuluh hari di bulan Syawal.” (HR. Al Bukhari & Muslim)
Abu Thayib abadi mengatakan,”I’tikaf beliau di bulan Syawal sebagai ganti (qadla) untuk i’tikaf bulan Ramadlan yang beliau tinggalkan…”(Aunul Ma’bud-syarah Abu Daud, 7/99)
4. Membangun rumah tangga/menikah. A’isyah radliallahu ‘anha mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku di bulan Syawal, dan beliau tinggal satu rumah (campur) denganku juga di bulan Syawal. Siapakah diantara istri beliau yang lebih beruntung dari pada aku. A’isyah suka jika wanita dinikahi bulan Syawal.” (HR. Ahmad & Muslim)
An Nawawi mengatakan, “Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk menikah dan membangun rumah tangga (campur) di bulan Syawal. Para ulama madzhab kami (syafi’iyah) menegaskan anjuran hal ini. Mereka berdalil dengan hadis ini…”(Dikutip dari Tuhfatul Ahwadzi, 4/ 182)
Diantara hikmah dianjurkannya menikah di bulan Syawal adalah menyelisihi keyakinan dan kebiasaan masyarakat jahiliyah.
Imam An Nawawi mengatakan, “Tujuan A’isyah menceritakan hal ini adalah dalam rangka membantah anggapan jahiliyah dan keyakinan tahayul orang awam di zamannya. Mereka membenci acara pernikahan di bulan syawal, karena diyakini membawa sial. Ini adalah keyakinan yang salah, tidak memilliki landasan, dan termasuk kebiasaan jahiliyah, dimana mereka beranggapan sial dengan bulan syawal.
Demikian Penjelasan tentang Niat Puasa Syawal, Keutamaan 6 Hari Puasa Syawal dan Amalan Sunnah Di Bulan Syawal semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi ilmu dan menambah wawasan tentang seputar islam. Aamiin
Demikian Penjelasan tentang Niat Puasa Syawal, Keutamaan 6 Hari Puasa Syawal dan Amalan Sunnah Di Bulan Syawal semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi ilmu dan menambah wawasan tentang seputar islam. Aamiin