Kisah Sejarah Kurban Nabi Ibrahim as Menyembelih Nabi Ismail as
Kisah Sejarah Qurban Nabi Ibrahim as Menyembelih Nabi Ismail as
Kisah Sejarah Qurban Nabi Ibrahim - Hari Raya Idul Adha dilaksanakan setiap tanggal 10 Dzulhijah dimana ada beberapa Ibadah yang utama dalam Bulan Dzulhijah ini yaitu Hari Raya Haji dan Ibadah Qurban. Semua ibadah ini memiliki sejarah yang berkaiatan dengan Kisah Nabi Ibrahim. Peristiwa kurban diabadikan di dalam QS as-Shaffat, 102-107. Ayat ini mengisahkan Nabi Ibrahim bermimpi mendapat perintah menyembelih putranya, Ismail yang mencapai umur balig.
Dalam kitab Tafsir An-Nasafi dan Tafsir Ibnu Katsir dicatat bahwa putranya ketika itu sedang berumur 13 tahun. Pada saat itu, Ibrahim, bersedia dan dengan ikhlas menyembelih putranya atas perintah Allah SWT. Dengan kuasa-Nya Allah menggantikan Ismail dengan sekor gibas atau domba, untuk menjadi kurban.
Kisah atau sejarah qurban berawal dari peristiwa Nabi Ibrahim yang akan menyembelih putranya Nabi Ismail. Kemudian disyiarkan oleh Nabi terakhir Muhammad SAW yang menganjurkan umat Islam untuk menyembelih qurban di hari raya Haji atau Idul Adha.
Kisah Sejarah Qurban Nabi Ibrahim - Hari Raya Idul Adha dilaksanakan setiap tanggal 10 Dzulhijah dimana ada beberapa Ibadah yang utama dalam Bulan Dzulhijah ini yaitu Hari Raya Haji dan Ibadah Qurban. Semua ibadah ini memiliki sejarah yang berkaiatan dengan Kisah Nabi Ibrahim. Peristiwa kurban diabadikan di dalam QS as-Shaffat, 102-107. Ayat ini mengisahkan Nabi Ibrahim bermimpi mendapat perintah menyembelih putranya, Ismail yang mencapai umur balig.
Dalam kitab Tafsir An-Nasafi dan Tafsir Ibnu Katsir dicatat bahwa putranya ketika itu sedang berumur 13 tahun. Pada saat itu, Ibrahim, bersedia dan dengan ikhlas menyembelih putranya atas perintah Allah SWT. Dengan kuasa-Nya Allah menggantikan Ismail dengan sekor gibas atau domba, untuk menjadi kurban.
Kisah atau sejarah qurban berawal dari peristiwa Nabi Ibrahim yang akan menyembelih putranya Nabi Ismail. Kemudian disyiarkan oleh Nabi terakhir Muhammad SAW yang menganjurkan umat Islam untuk menyembelih qurban di hari raya Haji atau Idul Adha.
Qurban berasal dari bahasa Arab, yakni Qaraba dengan bentuk isim mashdar ‘qurbanan’, yang berarti dekat. Karena itu, tujuan berkurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Qurban yang berarti dekat atau mendekatkan atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti hewan sembelihan dimana dilakukan penyembelihan binatang ternak untuk dipersembahkan kepada Allah SWT. Ritual Qurban dilakukan pada bulan Dzulhijjah pada tanggal 10 , 11,12 dan 13 (hari tasyrik) bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.
Berkurban adalah perbuatan yang dianjurkan dalam agama Islam. Perintah kepada Nabi Muhammad saw. agar melakukan kurban bahkan diabadikan di dalam Alquran. Allah Swt. berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
“Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.” (QS Al Kautsar: 3)
Sejarah Qurban
Sejarah kurban bermula keluarga Nabi Adam a.s. Setelah diturunkan ke bumi, seperti dikisahkan oleh Imam Al-Qurtubi dan Syekh Nawawi Banten dalam masing-masing tafsirnya, Nabi Adam a.s. dan istrinya, Hawa, dikaruniai dua anak kembar, laki-laki dan perempuan: Qabil dan Iqlimiya (di keterangan lain bernama Iqlima). Kemudian setelah itu, memiliki dua anak kembar lagi: Habil dan Luyutsa (di keterangan lain bernama Lubudza).
Allah memerintahkan Nabi Adam a.s. agar menikahkan putra-putrinya dengan saudara yang bukan kembarannya; Qabil dengan Luyutsa; Habil dengan Iqlimiya. Sayangnya rencana ini tidak berjalan mulus. Wajah Iqlimiya yang lebih cantik dari pada Luyutsa membuat Qabil cemburu dan menggugat perintah ini.
Nabi Adam a.s. berkata pada Qabil, “Wahai anakku, Allah yang memerintahkanmu melakukan ini.”
“Allah tidak memerintahkan hal ini. Ini kehendakmu saja.” Protes Qabil pada ayahnya. Qabil bersikukuh ingin menikahi Iqlimiya dengan dalih dia adalah saudara kembarnya. Janin mereka berdua tumbuh bersama dalam rahim Hawa.
Nabi Adam a.s. pun mengadakan sayembara, siapa menang, dia akan menikahi Iqlimiya. Sayembaranya adalah mempersembahkan kurban. “Siapa yang kurbannya diterima, dialah yang berhak menikahi Iqlimiya.” Kata Nabi Adam a.s.
Kisah Habi dan Qabil di kisahkan pada al-Qur'an:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Ceritakanlah kepada mereka (Bani Israil) kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Qabil berkata: ‘Aku pasti membunuhmu!’ Habil berkata: ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.’” (QS Al-Ma`idah: 27)
Habil seorang peternak, wajar jika mengurbankan hewan ternak; kambing. Qabil seorang petani, dia mengurbankan hasil panen.
Pada hari yang dijanjikan, di sebuah gunung, keduanya datang membawa kurban masing-masing. Habil membawa kambing terbaiknya. Sementara Qabil membawa hasil panen terburuknya. Sudah begitu, di tengah perjalanan ia masih sempat menyeleksi lagi barang bawaannya. Jika ada yang masih cukup bagus, ia makan. Enggan sekali mempersembahkan barang bagus.
Lalu Nabi Adam a.s. memanjatkan doa kepada Allah. Tak berselang lama, datanglah api menghampiri kurban Habil dan membawanya ke langit; tanda kurban Habil diterima. Sedangkan kurban Qabil tak tersentuh sampai dimakan hewan-hewan liar.
Qabil tidak bisa menerima kenyataan ini dengan lapang dada dan memutuskan untuk membunuh Habil. Ia pun menjadi manusia pertama di muka bumi yang melakukan pembunuhan
Sementara itu, kambing Habil yang diangkat ke langit digembalakan di surga. Ratusan tahun kambing itu di sana hingga akhirnya Allah menjadikannya kurban pengganti saat Nabi Ibrahim a.s. hendak berkurban dengan menyembelih Nabi Ismail a.s. Wallahu a’lam.
Sejarah Qurban Nabi Ibrahim
Sejarah qurban Nabi Ibrahim yang akan menyembelih putranya Nabi Ismail. Pada saat itu dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh. (QS. Ash-Shaffat : 100)
Setelah berdoa dengan sungguh – sungguh, Kemudian Allah SWT memberikan kepadanya kabar gembira akan lahirnya seorang anak yang sabar yang akan dilahirkan oleh Hajar. Ya, dialah Ismail.
Ismail tumbuh menjadi besar dan belajar Bahasa Arab di kalangan Bani Jurhum. Hingga pada suatu hari, ayahnya, Nabi Ibrahim datang menjumpainya. Allah mengisahkannya di dalam Al-Qur’an:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS. Ash-Shaffat : 102)
Setelah menunggu sekian lama, Nabi Ibrahim baru dikaruniai anak di usia tuanya. Lalu beliau diperintahkan untuk meninggalkan anak dan isterinya di suatu tempat asing yang jauh darinya dan tidak berpenghuni. Meskipun sangat besar kecintaan beliau kepada keluarganya, namun beliau seorang yang teguh dan taat terhadap perintah Allah. Tidak sedikitpun beliau bergeming, bahkan bersegera ketika Allah memerintahkannya. Nabi Ibrahim pun akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada Ismail untuk melaksanakan perintah Allah SWT dengan menyembelih Ismail.
Nabi Ismail pun menjawab:
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS Ash-Shafaat [37] : 102)
Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliu berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail.
Allah memujinya di dalam Al-Quran Surat Maryam Ayat 54:
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِسْمَٰعِيلَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صَادِقَ ٱلْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.
Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya di atas pelipisnya (pada bagian wajahnya) dan bersiap melakukan penyembelihan dan Ismail pun siap menaati perintah ayahnya. Allah menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anaknya tercinta, dan Nabi Ibrahim dan Ismail pun menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu. Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus, bertanduk serta diikat dengan rumput samurah.
“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat [37] : 104:107)
Hikmah dari peristiwa Qurban dari Kisah Nabi Ibrahim as Menyembelih Nabi Ismail as menjelaskan beberapa hal penting berikut ini :
1.Allah mengucapkan salam sejahtera kepada nabi Ibrahim, dikarenakan kecintaannya kepada anak tidak menutup mata beliau untuk lebih mengutamakan kecintaannya kepada Allah.
2.Nabi Ibrahim diberikan lagi putra yang diberinama ishak, artinya bagi orang yang mau berqurban dijalan Allah akan diberikan sesuatu yang boleh jadi diluar jangkauan aqalnya. Karena menurut aqal siti sarah isteri beliau yang pertama sudah tua, tapi Allah berkehendak lain, siti sarah hamil dan melahirkan ishaq.
3.Allah memberkahi keluarga Nabi Ibrahim dengan keturunanya jadi Nabi dan Rasul, maka orang yang qurban insyaallah kelurganya akan diberkahkan oleh Allah SWT, amiin.
Demikian Sejarah Qurban Idul Adha dan Kisah Nabi Ibrahim as Menyembelih Nabi Ismail as semoga bermanfaat dan bisa memetik pelajaran penting tentang ilmu ikhlas, yaitu dimana Nabi Ibrahim rela menyembelih anaknya, karena sangat menuruti dan atas dasar kecintaannya kepada Allah SWT.