Akhlak Cara Etika Adab Hidup Bertetangga dalam Islam
Manusia adalah makhluk sosial, butuh bantuan dan pertolongan Orang Lain. Dalam Agama Islam kehidupan manusia diatur dalam beribadah dan berakhlak dalam hubungannya dengan Allah SWT dan hubungan dengan manusia / bertetangga.
Islam merupakan agam rahmatal lilalamin adalah islam mengajarkan kepada umat manusia agar berbuat baik kepada sesama terutama kepada orang-orang yang ada disekitar kita diantaranya adalah tetangga.
Hidup rukun dalam bertetangga adalah moral yang sangat luhur dan mulia dan bahkan sangat ditekankan dalam islam.Maka jika kita sebagai orang islam mau memberikan perhatian dan menjalankan poin penting ini niscaya akan tercipta kehidupan masyarakat yang tentram aman dan nyaman.
Allah SWT berfirman
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Beribadahlah kepada Allah dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga atau kerabat dekat, tetangga atau kerabat jauh, rekan di perjalanan, Ibnu Sabil, dan kepada budak yang kalian miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan apa yang dia miliki.” (QS. An-Nisa: 36).
Dalam ayat ini Allah benar-benar membenci pada orang yang sombong tidak mau menyembah pada Allah. Allah membenci pada orang-orang yang sombong tidak mau berbuat baik pada kedua orang tuanya,pada anak yatim ‘pada orang-orang miskin,Allh benci pada orang-orang sombong dan membanggakan diri tidak berbuat baik pada tetangga baik tetangga yang ada hubungan kerabat atau tidak ada hubungan kerabat.Juga rosulullah bersabda tentang hal ini
خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ ، وَخَيْرُ الْـجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِـجَارِهِ
“Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya” (HR. At Tirmidzi 1944, Abu Daud 9/156, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 103)
Didalam hadits lain nabi juga bersabda
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari 5589, Muslim 70)
وفي رواية لمسلم
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِي جَارَهُ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia mengganggu saudaranya.” (HR. Bukhari 5185 dan Muslim 47).
Dari ayat al-qur’an dan hadis –hadis diatas bisa kita tarik kesimpulan bahwa berbuat baik pada tetangga, menghormati dan memulyakan merupakan moral yang sangat mulya dan merupakan bukti keimanan seorang muslim kepada Allah SWT juga sangat ditekankan dalam islam karena merupakian perintah Allah dan Rosulnya yang harus kita taati
Kita dilarang menyakiti tetangga,mengganggu dan membuat terusik ketenangannya sebab olah kita.Kita dilarang membuat gegaduahan seperti mengeraskan radio,TV,salon yang membuat tetangga kita terganggu.Rosulullah sangat mengancam pada orang yang suka mengganggu pada tetangganya sampai-sampai rosul bersumpah 3x
وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ . قِيْلَ: وَ مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الَّذِيْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-nya (kejahatannya)‘” (HR. Bukhari 6016, Muslim 46)
وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : لَا يَدْخُلُ الْجَنَّة مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ . الْبَوَائِقُ الْغَوَائِلُ وَالشُّرُّورُ .
“Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Bahkan mengganggu tetangga termasuk dosa besar karena pelakunya diancam dengan neraka. Ada seorang sahabat berkata:
يا رسول الله! إن فلانة تصلي الليل وتصوم النهار، وفي لسانها شيء تؤذي جيرانها. قال: لا خير فيها، هي في النار
“Wahai Rasulullah, si Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka’”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad 88)
Rosullah bersabda
إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوْفٍ
“Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik” (HR. Muslim 4766)
Ada satu hal yang tidak hentinya diingatkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. ''Jibril memerintahkan berbuat baik kepada tetangga secara luas, yang aku berpikir bahwa ia memasukkan tetangga sebagai ahli waris.'' (HR Muttafaqun'alaih)
Maka, Rasulullah pun mengikuti anjuran tersebut, dan menekankan hal yang sama kepada para sahabat maupun umat Muslim lainnya. Tetangga, dalam wasiat Nabi, haruslah dihormati serta diperlakukan dengan baik.
Hadis di atas sejatinya merupakan penguat dari perintah Allah SWT pada surat an Nisaa [4] ayat 36, ''Sembahlah Allah dan jangan sekutukan Dia dengan apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman-teman, ibn sabil, dan hamba sahayamu..''
'Tetangga yang dekat' bisa diartikan yakni seseorang yang dengannya, berhubungan dalam keluarga atau agama, sedangkan 'tetangga jauh' adalah yang tidak memiliki ikatan itu.
Hanya saja, menilik ketentuan-ketentuan tadi, maka setiap tetangga punya hak tetangga atas diri seorang Muslim, meski tak ada kaitan keluarga serta agama. Maka itulah, Nabi bahkan berpikir untuk membuat tetangga seperti layaknya keluarga hingga memberikan hak waris serupa keluarga.
Siapakah tetangga kita? Seperti dijelaskan Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan az-Zuhri, tetangga merupakan orang terdekat yang tinggal di satu lingkungan, jumlahnya hingga 40 kepala keluarga (KK), di tiap-tiap arah angin.
Karena faktor kedekatan itulah, peran tetangga begitu besar terhadap kehidupan seseorang. Jika tertimpa musibah, tetanggalah yang pertama kali memberikan bantuan, pertolongan maupun uluran tangan. Ada nilai-nilai kebersamaan yang harus dijaga dalam lingkungan tempat tinggal. Toleransi pun menjadi kata kunci.
Oleh sebab itu, Islam tidak menginginkan umat hidup bermewah-mewah jika pada saat yang sama, masih ada tetangganya yang kesusahan. ''Bukan termasuk orang yang percaya kepadaku, orang yang makan kenyang sedangkan tetangga di sampingnya kelaparan, dan ia mengetahui hal tersebut,'' demikian sabda Rasulullah.
Bahkan, ungkap Dr Hamka Hasan MA, dosen Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rasulullah sampai mencap seseorang tidak beriman jika tidak peduli kepada tetangga. Islam, sambung alumni Universitas Al Azhar Mesir ini, sangat menganjurkan umatnya untuk menjalin hubungan yang baik kepada tetangganya. Ia menyebutkan, sesama Muslim ada tiga kewajiban.
Pertama, karena dia itu Muslim, kedua karena dia manusia dan ketiga karena dia merupakan tetangga. Sedangkan kepada non-Muslim, umat memiliki dua kewajiban. Pertama, karena dia itu manusia dan kedua karena dia itu tetangga.
Inilah wujud penting dari kehidupan bertetangga. Bahkan Rasulullah SAW dalam sebuah sabdanya mengingatkan, ''Kalau kalian memasak sayur, hendaklah memperbanyak kuahnya.'' Makna dari hadis tersebut, ungkap Hamka, siapapun harus peduli dengan tetangga yang ada di sekitar rumahnya. Jangan sampai mereka hanya mencium bau sedap masakan yang dimasak, tapi tak pernah merasakan nikmatnya masakan itu.
Tak hanya itu. Dalam membangun rumah pun, seseorang diminta untuk memerhatikan kepentingan tetangganya pula. Tidak boleh bangunan tersebut menghalangi rumah sang tetangga.
''Misalnya saja, pagar rumah yang kita bangun terlalu tinggi melebihi rumah tetangga, akhirnya mencegah masuknya angin ke sana. Itulah antara lain prinsip penting yang disampaikan Rasulullah,'' papar Hamka.
Karena itu, tidak boleh seorang Muslim berbuat seenak hatinya di tengah kehidupan bermasyarakat. Kebebasan individu dibatasi oleh kebebasan orang lain. Di sinilah peran agama untuk mengimbangi antara kebebasan seseorang sebagai pemilik rumah dengan kebebasan orang lain sebagai tetangga, karena sesungguhnya mereka juga memiliki hak.
Ketika kita susah, sakit, dapat musibah biasanya orang yg paling cepat monolong adalah tetangga sementara saudara kita sendiri jauh dikampung sana, mungkin bisa dibilang "tetanggaku adalah keluargaku"
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallambersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya” (Muttafaq ‘alaih).
Berikut ini diantara adab-adab seorang muslim kepada tetangganya yang patut kita perhatikan.
●Menghormati Tetangga dan Berperilaku Baik Terhadap Mereka
● Bangunan Rumah Kita Jangan Mengganggu Tetangga
● Memelihara Hak-hak Tetangga, Terutama Tetangga yang Paling Dekat
● Tidak Mengganggu Tetangga
● Jangan Kikir untuk Memberikan Nasehat dan Saran kepada Mereka
● Memberikan Makanan kepada Tetangga
● Bergembira ketika Mereka Bergembira dan Berduka ketika Mereka Berduka
● Tidak Mencari-cari Kesalahan Tetangga
● Sabar Atas Perilaku Kurang Baik Mereka
Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, “….
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “….hendaklah ia berprilaku baik terhadap tetangganya”. (Muttafaq’alaih dari Abu Hurairah r.a).
Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.
Hendaknya kita memelihara hak-haknya di saat mereka tidak di rumah. Kita jaga harta dan kehormatan mereka dari tangan-tangan orang jahil; dan hendaknya kita ulurkan tangan bantuan dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan, serta memalingkan mata kita dari wanita mereka dan merahasiakan aib mereka.
Tidak melakukan suatu kegaduhan yang mengganggu mereka, seperti suara radio atau TV, atau mengganggu mereka dengan melempari halaman mereka dengan kotoran, atau menutup jalan bagi mereka. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda:
“Demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman! Nabi ditanya: Siapa, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: “Adalah orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena perbuatannya”. (Muttafaq’alaih).
Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Dzarr: “Wahai Abu Dzarr, apabila kamu memasak sayur (daging kuah), maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu”. (HR. Muslim).
Hendaknya kita turut bersuka cita di dalam kebahagiaan mereka dan berduka cita di dalam duka mereka; kita jenguk bila ia sakit, kita tanyakan apabila ia tidak ada, bersikap baik bila menjumpainya; dan hendaknya kita undang untuk datang ke rumah. Hal-hal seperti itu mudah membuat hati mereka jinak dan sayang kepada kita.
Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.
Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
“Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah…. –disebutkan di antaranya-: Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah oleh kematian atau keberangkatannya”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
1. Memuliakan Semua Tetangga Kita
Adab bertetangga pertama yaitu memuliakannya. Karena kehadiran tetangga sangat dibutuhkan maka kita pun harus berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat baik kepada tetangga. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda,
خَيْرُ ْلاَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِه ، وَخَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَاللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِه
"Sebaik baik teman di sisi Allah adalah yang paling baik kepada teman temannya, dan sebaik baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik kepada tetangganya." (HR. At Tirmidzi no. 1944)
Sebaliknya, diharamkan bagi siapa saja melakukan permusuhan terhadap tetangga, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
"Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Mereka (para sahabat) bertanya, "Siapa wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari keburukan dirinya." (HR. Muslim no. 2625)
Menurut Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Fath/456, kata tetangga dari hadits di atas mencakup orang muslim, orang kafir, orang fasik, ahli bid'ah, teman dan lawan, orang asli dan orang asing, kerabat dekat maupun jauh. Sehingga adab tetangga di sini bukan hanya ditujukan pada sesama muslim, tapi adab terhadap non muslim juga.
Mari muliakan tetangga sekitar kita dengan berbuat baik dan menjauhi perkara yang dapat menyakiti hatinya.
2. Memperhatikan Hak Tetangga (pilih yang terdekat)
Adab Bertetangga Dalam Islam
Siapakah tetangga kita yang paling berhak menerima kebaikan kita terlebih dahulu? Tentu saja tetangga yang paling dekat (temboknya) alias menempel dengan rumah memiliki hak lebih dibandingkan tetangga jauh. Dari Aisyah dia berkata, "Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua tetangga, kepada siapa dari keduanya aku memberikan hadiah?' Beliau menjawab,
إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكَ باَباً
"Kepada yang paling dekat pintunya darimu di antara keduanya." (HR. Bukhari no. 6020).
Berbeda bila tetangga terdekat kita ternyata tidak ada. Maka mencari yang lebih dekat lagi untuk diberikan kebaikan. Misalnya diberi makanan atau oleh oleh.
3. Tidak Pelit Terhadap Tetangga
Yang dimaksud tidak pelit di sini adalah tidak melarang tetangga ketika mereka ingin sekedar menancapkan kayu atau menyandarkan sesuatu di tembok rumah kita, untuk membangun kamar atau semacamnya. Mungkin saat ini tetangga kitalah yang sedang membutuhkan kehadiran kita, tapi bisa jadi suatu saat kitalah yang membutuhkannya.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah,
لاَ يَمْنَعْ أَحَدُكُمْ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَةً فِى جِدَارِهِ
"Janganlah seorang tetangga melarang tetangganya untuk menancapkan sebuah (kayu) di temboknya." (HR. Bukhari no. 2463 dan Muslim no. 1609)
Kemudian Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits ini berkata, "Kenapa aku melihat kalian berpaling darinya, demi Allah aku benar benar akan melemparkannya di atas pundak kalian."
Namun perlu dicatat bahwa itu semua berlaku dengan syarat tidak mendatangkan madhorat atau merugikan baginya. Atau memang tidak didapatkan cara kecuali dengan cara tersebut.
4. Tidak Mengganggu Tetangga Terutama Saat Istirahat
Diharamkan bagi seorang muslim mengganggu tetangganya. Apalagi saat jam istirahat, misalkan malam hari atau jam tidur siang. Hal ini telah disabdakan Rasulullah, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia mengganggu tetangganya." (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47).
Mengganggu di sini bisa diartikan melakukan hal hal yang membuatnya terganggu padahal perbuatan tersebut perbuatan yang mubazir atau bahkan haram. Seperti menghidupkan mercon, menyetel musik sangat keras atau yang lainnya.
5. Bersedekah Pada Tetangga
Adab Bertetangga Dalam Islam
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa bersedekah mendatangkan banyak manfaat dan bisa menjadikan keberkahan pada harta yang kita miliki. Sehingga dianjurkan kepada tetangga agar saling memberi sesuatu seperti makanan yang kita masak atau yang kita beli. Bisa juga minuman memberikan hadiah hadiah. Hal ini jug untuk mempererat hubungan tetangga dengan baik dan agar tidak menimbulkan permusuhan.
Nabi shalallahu alahi wassalam pernah bersabda kepada sahabat Abu Dzar radhiyallahuanhu,
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ
"Wahai Abu Dzar, jika kamu memasak sayur (daging kuah) sebaiknya perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu" (HR. Muslim). Untuk memberinya kembali ke poin 2, yaitu memilih yang terdekat dengan kita.
Nabi juga bersabda,
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
"Saling menghadiahilah, niscaya kalian akan saling mencintai." (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani di kitab Irwaul Ghalil no. 1601)
6. Menjaga Rahasia Tetangga
Adab Bertetangga Dalam Islam
Adab bertetangga dalam Islam yang keenam adalah menjaga rahasia tetangga. Tidak boleh menyebarkan rahasia atau aib tetangganya. Allah juga melarang seorang muslim menyebarkan aib atau rahasia muslim yang lain dan wajib menjaganya.
Sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik,
أَسَرَّ إِلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِرًّا فَمَا أَخْبَرْتُ بِهِ أَحَدًا بَعْدَهُ وَلَقَدْ سَأَلَتْنِي أُمُّ سُلَيْمٍ فَمَا أَخْبَرْتُهَا بِهِ
Nabi pernah membisikkan suatu perkara rahasia kepadaku, maka hal itu aku tak akan kuceritakan kepada siapapun. Dan sungguh Ummu Sulaim pun pernah bertanya tentang rahasia tersebut, namun aku tak menceritakannya. [HR. Bukhari No.5815].
Selain itu dianjurkan juga untuk menundukkan pandangan dari daerah larangannya (bagian dalam rumahnya). Hal ini ditujukan agar terhindar dari rasa tidak suka yang muncul dari tetangga terhadap kita.
7. Memberikan Selamat Saat Bahagia dan Menghibur Saat Berduka
Jika ada tetangga kita sedang mendapatkan kebahagiaan misal melahirkan anak, pernikahan atau yang semacamnya, maka sangat dianjurkan untuk memberinya selamat. Tidak hanya dalam momen bahagia saja namun juga ketika dalam keadaan berduka atau sedih. Contohnya ada anggota keluarganya yang sedang sakit atau meninggal maka dianjurkan bagi seorang muslim untuk menolong dan menghiburnya. Rasulullah bersabda "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya" (HR. Bukhari no.6035)
8. Tidak Menutup Pintu Terhadap Tetangga
Adab Bertetangga Dalam Islam
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: لقد أتى علينا زمان وما أحدٌ أحقُّ بديناره ودرهمه من أخيه المسلم، ثمّ الآن الدّينار والدّرهم أحبّ إلى أحدنا من أخيه المسلم، سمعت النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم يقول: كم من جار متعلق بجاره يوم القيامة، يقول: يا ربّ! هذا أغلق بابه دوني، فمنع معروفه
Dari Ibnu Umar dia berkata, "Sungguh telah datang kepada kami suatu zaman di mana tidak seorang pun yang lebih berhak mendapatkan dinar dan dirhamnya daripada saudaranya sesama muslim, kemudian sekarang dinar dan dirham lebih dicintai oleh seseorang di antara kita daripada saudaranya sesama muslim.
Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, 'Berapa banyak tetangga yang bergantung kepada tetangganya, dia berkata, 'Wahai Rabbku, tanyalah orang ini, kenapa dia menutup pintunya dariku, lalu mencegahku mendapatkan kelebihannya." [HR. Bukhari dalam al-Adab al Mufrad no. 111]
9. Tidak Kenyang Sendiri
Adab Bertetangga Dalam Islam
Hendaklah tetangga muslim tidak kenyang (sendiri) tanpa mengajak tetangganya (ikut makan kenyang). Sungguh Nabi telah bersabda melalui hadits Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma,
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
"Bukanlah seorang mukmin (sejati) yaitu orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di samping (rumah)nya." [Lihat As Silsilah As Shahihah no. 149]
10. Bangunan Rumah Kita Tidak Bermegah Megahan Sehingga Mengganggu Tetangga
Saat kita membangun rumah usahakan jangan sampai menyakiti perasaan tetangga. Misalnya karena bangunan rumah kita membuat rumahnya tidak mendapat sinar matahari atau udara. Selain itu dilarang melampui batas tanah miliknya saat membangun rumah. Juga tidak berbuat dzolim kepada tetangga dengan menghilangkan atau merubah sesuatu di lingkungannya, karena hal ini akan menyakitinya dan menimbulkan kebencian di hatinya.
11. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar atau Menasihati Tetangga Kita
Dianjurkan bagi kita untuk saling menasehati kepada kebaikan dan mecegahnya dari kemungkaran atau keburukan dengan sikap penuh hikmah (bijak). Berikan arahan yang baik dan tidak mempublikasikannya atau mencelanya juga tidak mencari cari kekhilafannya serta senang dengan kekeliruannya. Maka diwajibkan bagi kita untuk menutup mata dari melihat kekhilafannya atau kesalahannya.
12. Bersabar Terhadap Perilaku Mereka
Adab bertetangga yang terakhir adalah hendaklah kita senantiasa bersabar terhadap gangguan tetangga yang mungkin belum paham atau masih awam terhadap agama Islam. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda,
"Sesungguhnya Allah mencintai tiga golongan dan membenci tiga golongan. Lalu beliau menyebutkan di antara mereka seorang laki laki yang memiliki tetangga yang menyakitinya, lalu dia bersabar atas gangguannya, sampai (akhirnya) Allah mencegah kejahatannya dengan sebab (proses) kehidupan (seperti berpindah tempat) atau dengan kematiannya." [Dishahihkan oleh al Albani dalam shahih at Targhib no. 2569]
Demikian beberapa uraian tentang Akhlak Cara Etika Adab Hidup Bertetangga dalam Agama Islam , semoga menjadi nasehat bagi kita dalam hidup bertetangga.
Islam merupakan agam rahmatal lilalamin adalah islam mengajarkan kepada umat manusia agar berbuat baik kepada sesama terutama kepada orang-orang yang ada disekitar kita diantaranya adalah tetangga.
Hidup rukun dalam bertetangga adalah moral yang sangat luhur dan mulia dan bahkan sangat ditekankan dalam islam.Maka jika kita sebagai orang islam mau memberikan perhatian dan menjalankan poin penting ini niscaya akan tercipta kehidupan masyarakat yang tentram aman dan nyaman.
Allah SWT berfirman
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Beribadahlah kepada Allah dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga atau kerabat dekat, tetangga atau kerabat jauh, rekan di perjalanan, Ibnu Sabil, dan kepada budak yang kalian miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan apa yang dia miliki.” (QS. An-Nisa: 36).
Dalam ayat ini Allah benar-benar membenci pada orang yang sombong tidak mau menyembah pada Allah. Allah membenci pada orang-orang yang sombong tidak mau berbuat baik pada kedua orang tuanya,pada anak yatim ‘pada orang-orang miskin,Allh benci pada orang-orang sombong dan membanggakan diri tidak berbuat baik pada tetangga baik tetangga yang ada hubungan kerabat atau tidak ada hubungan kerabat.Juga rosulullah bersabda tentang hal ini
خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ ، وَخَيْرُ الْـجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِـجَارِهِ
“Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya” (HR. At Tirmidzi 1944, Abu Daud 9/156, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 103)
Didalam hadits lain nabi juga bersabda
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari 5589, Muslim 70)
وفي رواية لمسلم
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِي جَارَهُ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia mengganggu saudaranya.” (HR. Bukhari 5185 dan Muslim 47).
Dari ayat al-qur’an dan hadis –hadis diatas bisa kita tarik kesimpulan bahwa berbuat baik pada tetangga, menghormati dan memulyakan merupakan moral yang sangat mulya dan merupakan bukti keimanan seorang muslim kepada Allah SWT juga sangat ditekankan dalam islam karena merupakian perintah Allah dan Rosulnya yang harus kita taati
Kita dilarang menyakiti tetangga,mengganggu dan membuat terusik ketenangannya sebab olah kita.Kita dilarang membuat gegaduahan seperti mengeraskan radio,TV,salon yang membuat tetangga kita terganggu.Rosulullah sangat mengancam pada orang yang suka mengganggu pada tetangganya sampai-sampai rosul bersumpah 3x
وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ . قِيْلَ: وَ مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الَّذِيْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-nya (kejahatannya)‘” (HR. Bukhari 6016, Muslim 46)
وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : لَا يَدْخُلُ الْجَنَّة مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ . الْبَوَائِقُ الْغَوَائِلُ وَالشُّرُّورُ .
“Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Bahkan mengganggu tetangga termasuk dosa besar karena pelakunya diancam dengan neraka. Ada seorang sahabat berkata:
يا رسول الله! إن فلانة تصلي الليل وتصوم النهار، وفي لسانها شيء تؤذي جيرانها. قال: لا خير فيها، هي في النار
“Wahai Rasulullah, si Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka’”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad 88)
Rosullah bersabda
إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوْفٍ
“Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik” (HR. Muslim 4766)
Ada satu hal yang tidak hentinya diingatkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. ''Jibril memerintahkan berbuat baik kepada tetangga secara luas, yang aku berpikir bahwa ia memasukkan tetangga sebagai ahli waris.'' (HR Muttafaqun'alaih)
Maka, Rasulullah pun mengikuti anjuran tersebut, dan menekankan hal yang sama kepada para sahabat maupun umat Muslim lainnya. Tetangga, dalam wasiat Nabi, haruslah dihormati serta diperlakukan dengan baik.
Hadis di atas sejatinya merupakan penguat dari perintah Allah SWT pada surat an Nisaa [4] ayat 36, ''Sembahlah Allah dan jangan sekutukan Dia dengan apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman-teman, ibn sabil, dan hamba sahayamu..''
'Tetangga yang dekat' bisa diartikan yakni seseorang yang dengannya, berhubungan dalam keluarga atau agama, sedangkan 'tetangga jauh' adalah yang tidak memiliki ikatan itu.
Hanya saja, menilik ketentuan-ketentuan tadi, maka setiap tetangga punya hak tetangga atas diri seorang Muslim, meski tak ada kaitan keluarga serta agama. Maka itulah, Nabi bahkan berpikir untuk membuat tetangga seperti layaknya keluarga hingga memberikan hak waris serupa keluarga.
Siapakah tetangga kita? Seperti dijelaskan Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan az-Zuhri, tetangga merupakan orang terdekat yang tinggal di satu lingkungan, jumlahnya hingga 40 kepala keluarga (KK), di tiap-tiap arah angin.
Karena faktor kedekatan itulah, peran tetangga begitu besar terhadap kehidupan seseorang. Jika tertimpa musibah, tetanggalah yang pertama kali memberikan bantuan, pertolongan maupun uluran tangan. Ada nilai-nilai kebersamaan yang harus dijaga dalam lingkungan tempat tinggal. Toleransi pun menjadi kata kunci.
Oleh sebab itu, Islam tidak menginginkan umat hidup bermewah-mewah jika pada saat yang sama, masih ada tetangganya yang kesusahan. ''Bukan termasuk orang yang percaya kepadaku, orang yang makan kenyang sedangkan tetangga di sampingnya kelaparan, dan ia mengetahui hal tersebut,'' demikian sabda Rasulullah.
Bahkan, ungkap Dr Hamka Hasan MA, dosen Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rasulullah sampai mencap seseorang tidak beriman jika tidak peduli kepada tetangga. Islam, sambung alumni Universitas Al Azhar Mesir ini, sangat menganjurkan umatnya untuk menjalin hubungan yang baik kepada tetangganya. Ia menyebutkan, sesama Muslim ada tiga kewajiban.
Pertama, karena dia itu Muslim, kedua karena dia manusia dan ketiga karena dia merupakan tetangga. Sedangkan kepada non-Muslim, umat memiliki dua kewajiban. Pertama, karena dia itu manusia dan kedua karena dia itu tetangga.
Inilah wujud penting dari kehidupan bertetangga. Bahkan Rasulullah SAW dalam sebuah sabdanya mengingatkan, ''Kalau kalian memasak sayur, hendaklah memperbanyak kuahnya.'' Makna dari hadis tersebut, ungkap Hamka, siapapun harus peduli dengan tetangga yang ada di sekitar rumahnya. Jangan sampai mereka hanya mencium bau sedap masakan yang dimasak, tapi tak pernah merasakan nikmatnya masakan itu.
Tak hanya itu. Dalam membangun rumah pun, seseorang diminta untuk memerhatikan kepentingan tetangganya pula. Tidak boleh bangunan tersebut menghalangi rumah sang tetangga.
''Misalnya saja, pagar rumah yang kita bangun terlalu tinggi melebihi rumah tetangga, akhirnya mencegah masuknya angin ke sana. Itulah antara lain prinsip penting yang disampaikan Rasulullah,'' papar Hamka.
Karena itu, tidak boleh seorang Muslim berbuat seenak hatinya di tengah kehidupan bermasyarakat. Kebebasan individu dibatasi oleh kebebasan orang lain. Di sinilah peran agama untuk mengimbangi antara kebebasan seseorang sebagai pemilik rumah dengan kebebasan orang lain sebagai tetangga, karena sesungguhnya mereka juga memiliki hak.
Ketika kita susah, sakit, dapat musibah biasanya orang yg paling cepat monolong adalah tetangga sementara saudara kita sendiri jauh dikampung sana, mungkin bisa dibilang "tetanggaku adalah keluargaku"
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallambersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya” (Muttafaq ‘alaih).
Berikut ini diantara adab-adab seorang muslim kepada tetangganya yang patut kita perhatikan.
●Menghormati Tetangga dan Berperilaku Baik Terhadap Mereka
● Bangunan Rumah Kita Jangan Mengganggu Tetangga
● Memelihara Hak-hak Tetangga, Terutama Tetangga yang Paling Dekat
● Tidak Mengganggu Tetangga
● Jangan Kikir untuk Memberikan Nasehat dan Saran kepada Mereka
● Memberikan Makanan kepada Tetangga
● Bergembira ketika Mereka Bergembira dan Berduka ketika Mereka Berduka
● Tidak Mencari-cari Kesalahan Tetangga
● Sabar Atas Perilaku Kurang Baik Mereka
Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, “….
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “….hendaklah ia berprilaku baik terhadap tetangganya”. (Muttafaq’alaih dari Abu Hurairah r.a).
Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.
Hendaknya kita memelihara hak-haknya di saat mereka tidak di rumah. Kita jaga harta dan kehormatan mereka dari tangan-tangan orang jahil; dan hendaknya kita ulurkan tangan bantuan dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan, serta memalingkan mata kita dari wanita mereka dan merahasiakan aib mereka.
Tidak melakukan suatu kegaduhan yang mengganggu mereka, seperti suara radio atau TV, atau mengganggu mereka dengan melempari halaman mereka dengan kotoran, atau menutup jalan bagi mereka. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda:
“Demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman! Nabi ditanya: Siapa, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: “Adalah orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena perbuatannya”. (Muttafaq’alaih).
Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Dzarr: “Wahai Abu Dzarr, apabila kamu memasak sayur (daging kuah), maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu”. (HR. Muslim).
Hendaknya kita turut bersuka cita di dalam kebahagiaan mereka dan berduka cita di dalam duka mereka; kita jenguk bila ia sakit, kita tanyakan apabila ia tidak ada, bersikap baik bila menjumpainya; dan hendaknya kita undang untuk datang ke rumah. Hal-hal seperti itu mudah membuat hati mereka jinak dan sayang kepada kita.
Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.
Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
“Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah…. –disebutkan di antaranya-: Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah oleh kematian atau keberangkatannya”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
1. Memuliakan Semua Tetangga Kita
Baca Juga
- Bahaya Dosa Riba dan Hadits Ancaman tentang Hukum Riba
- Seputar Permasalah Shalat : Kesalahan dalam Sholat yang Sering Terjadi
- Hukum Pacaran dalam Islam dan Larangan mendekati Zina berdasarkan hadits Nabi
- Kumpulan Hadits Kitab Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam Ibnu Hajar Al-Ashqolani
- Perbedaan Zakat, Infak dan Sedekah yang wajib diketahui
Adab bertetangga pertama yaitu memuliakannya. Karena kehadiran tetangga sangat dibutuhkan maka kita pun harus berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat baik kepada tetangga. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda,
خَيْرُ ْلاَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِه ، وَخَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَاللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِه
"Sebaik baik teman di sisi Allah adalah yang paling baik kepada teman temannya, dan sebaik baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik kepada tetangganya." (HR. At Tirmidzi no. 1944)
Sebaliknya, diharamkan bagi siapa saja melakukan permusuhan terhadap tetangga, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
"Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Mereka (para sahabat) bertanya, "Siapa wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari keburukan dirinya." (HR. Muslim no. 2625)
Menurut Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Fath/456, kata tetangga dari hadits di atas mencakup orang muslim, orang kafir, orang fasik, ahli bid'ah, teman dan lawan, orang asli dan orang asing, kerabat dekat maupun jauh. Sehingga adab tetangga di sini bukan hanya ditujukan pada sesama muslim, tapi adab terhadap non muslim juga.
Mari muliakan tetangga sekitar kita dengan berbuat baik dan menjauhi perkara yang dapat menyakiti hatinya.
2. Memperhatikan Hak Tetangga (pilih yang terdekat)
Adab Bertetangga Dalam Islam
Siapakah tetangga kita yang paling berhak menerima kebaikan kita terlebih dahulu? Tentu saja tetangga yang paling dekat (temboknya) alias menempel dengan rumah memiliki hak lebih dibandingkan tetangga jauh. Dari Aisyah dia berkata, "Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua tetangga, kepada siapa dari keduanya aku memberikan hadiah?' Beliau menjawab,
إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكَ باَباً
"Kepada yang paling dekat pintunya darimu di antara keduanya." (HR. Bukhari no. 6020).
Berbeda bila tetangga terdekat kita ternyata tidak ada. Maka mencari yang lebih dekat lagi untuk diberikan kebaikan. Misalnya diberi makanan atau oleh oleh.
3. Tidak Pelit Terhadap Tetangga
Yang dimaksud tidak pelit di sini adalah tidak melarang tetangga ketika mereka ingin sekedar menancapkan kayu atau menyandarkan sesuatu di tembok rumah kita, untuk membangun kamar atau semacamnya. Mungkin saat ini tetangga kitalah yang sedang membutuhkan kehadiran kita, tapi bisa jadi suatu saat kitalah yang membutuhkannya.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah,
لاَ يَمْنَعْ أَحَدُكُمْ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَةً فِى جِدَارِهِ
"Janganlah seorang tetangga melarang tetangganya untuk menancapkan sebuah (kayu) di temboknya." (HR. Bukhari no. 2463 dan Muslim no. 1609)
Kemudian Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits ini berkata, "Kenapa aku melihat kalian berpaling darinya, demi Allah aku benar benar akan melemparkannya di atas pundak kalian."
Namun perlu dicatat bahwa itu semua berlaku dengan syarat tidak mendatangkan madhorat atau merugikan baginya. Atau memang tidak didapatkan cara kecuali dengan cara tersebut.
4. Tidak Mengganggu Tetangga Terutama Saat Istirahat
Diharamkan bagi seorang muslim mengganggu tetangganya. Apalagi saat jam istirahat, misalkan malam hari atau jam tidur siang. Hal ini telah disabdakan Rasulullah, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia mengganggu tetangganya." (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47).
Mengganggu di sini bisa diartikan melakukan hal hal yang membuatnya terganggu padahal perbuatan tersebut perbuatan yang mubazir atau bahkan haram. Seperti menghidupkan mercon, menyetel musik sangat keras atau yang lainnya.
5. Bersedekah Pada Tetangga
Adab Bertetangga Dalam Islam
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa bersedekah mendatangkan banyak manfaat dan bisa menjadikan keberkahan pada harta yang kita miliki. Sehingga dianjurkan kepada tetangga agar saling memberi sesuatu seperti makanan yang kita masak atau yang kita beli. Bisa juga minuman memberikan hadiah hadiah. Hal ini jug untuk mempererat hubungan tetangga dengan baik dan agar tidak menimbulkan permusuhan.
Nabi shalallahu alahi wassalam pernah bersabda kepada sahabat Abu Dzar radhiyallahuanhu,
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ
"Wahai Abu Dzar, jika kamu memasak sayur (daging kuah) sebaiknya perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu" (HR. Muslim). Untuk memberinya kembali ke poin 2, yaitu memilih yang terdekat dengan kita.
Nabi juga bersabda,
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
"Saling menghadiahilah, niscaya kalian akan saling mencintai." (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani di kitab Irwaul Ghalil no. 1601)
6. Menjaga Rahasia Tetangga
Adab Bertetangga Dalam Islam
Adab bertetangga dalam Islam yang keenam adalah menjaga rahasia tetangga. Tidak boleh menyebarkan rahasia atau aib tetangganya. Allah juga melarang seorang muslim menyebarkan aib atau rahasia muslim yang lain dan wajib menjaganya.
Sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik,
أَسَرَّ إِلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِرًّا فَمَا أَخْبَرْتُ بِهِ أَحَدًا بَعْدَهُ وَلَقَدْ سَأَلَتْنِي أُمُّ سُلَيْمٍ فَمَا أَخْبَرْتُهَا بِهِ
Nabi pernah membisikkan suatu perkara rahasia kepadaku, maka hal itu aku tak akan kuceritakan kepada siapapun. Dan sungguh Ummu Sulaim pun pernah bertanya tentang rahasia tersebut, namun aku tak menceritakannya. [HR. Bukhari No.5815].
Selain itu dianjurkan juga untuk menundukkan pandangan dari daerah larangannya (bagian dalam rumahnya). Hal ini ditujukan agar terhindar dari rasa tidak suka yang muncul dari tetangga terhadap kita.
7. Memberikan Selamat Saat Bahagia dan Menghibur Saat Berduka
Jika ada tetangga kita sedang mendapatkan kebahagiaan misal melahirkan anak, pernikahan atau yang semacamnya, maka sangat dianjurkan untuk memberinya selamat. Tidak hanya dalam momen bahagia saja namun juga ketika dalam keadaan berduka atau sedih. Contohnya ada anggota keluarganya yang sedang sakit atau meninggal maka dianjurkan bagi seorang muslim untuk menolong dan menghiburnya. Rasulullah bersabda "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya" (HR. Bukhari no.6035)
8. Tidak Menutup Pintu Terhadap Tetangga
Adab Bertetangga Dalam Islam
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: لقد أتى علينا زمان وما أحدٌ أحقُّ بديناره ودرهمه من أخيه المسلم، ثمّ الآن الدّينار والدّرهم أحبّ إلى أحدنا من أخيه المسلم، سمعت النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم يقول: كم من جار متعلق بجاره يوم القيامة، يقول: يا ربّ! هذا أغلق بابه دوني، فمنع معروفه
Dari Ibnu Umar dia berkata, "Sungguh telah datang kepada kami suatu zaman di mana tidak seorang pun yang lebih berhak mendapatkan dinar dan dirhamnya daripada saudaranya sesama muslim, kemudian sekarang dinar dan dirham lebih dicintai oleh seseorang di antara kita daripada saudaranya sesama muslim.
Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, 'Berapa banyak tetangga yang bergantung kepada tetangganya, dia berkata, 'Wahai Rabbku, tanyalah orang ini, kenapa dia menutup pintunya dariku, lalu mencegahku mendapatkan kelebihannya." [HR. Bukhari dalam al-Adab al Mufrad no. 111]
9. Tidak Kenyang Sendiri
Adab Bertetangga Dalam Islam
Hendaklah tetangga muslim tidak kenyang (sendiri) tanpa mengajak tetangganya (ikut makan kenyang). Sungguh Nabi telah bersabda melalui hadits Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma,
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
"Bukanlah seorang mukmin (sejati) yaitu orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di samping (rumah)nya." [Lihat As Silsilah As Shahihah no. 149]
10. Bangunan Rumah Kita Tidak Bermegah Megahan Sehingga Mengganggu Tetangga
Saat kita membangun rumah usahakan jangan sampai menyakiti perasaan tetangga. Misalnya karena bangunan rumah kita membuat rumahnya tidak mendapat sinar matahari atau udara. Selain itu dilarang melampui batas tanah miliknya saat membangun rumah. Juga tidak berbuat dzolim kepada tetangga dengan menghilangkan atau merubah sesuatu di lingkungannya, karena hal ini akan menyakitinya dan menimbulkan kebencian di hatinya.
11. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar atau Menasihati Tetangga Kita
Dianjurkan bagi kita untuk saling menasehati kepada kebaikan dan mecegahnya dari kemungkaran atau keburukan dengan sikap penuh hikmah (bijak). Berikan arahan yang baik dan tidak mempublikasikannya atau mencelanya juga tidak mencari cari kekhilafannya serta senang dengan kekeliruannya. Maka diwajibkan bagi kita untuk menutup mata dari melihat kekhilafannya atau kesalahannya.
12. Bersabar Terhadap Perilaku Mereka
Adab bertetangga yang terakhir adalah hendaklah kita senantiasa bersabar terhadap gangguan tetangga yang mungkin belum paham atau masih awam terhadap agama Islam. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda,
"Sesungguhnya Allah mencintai tiga golongan dan membenci tiga golongan. Lalu beliau menyebutkan di antara mereka seorang laki laki yang memiliki tetangga yang menyakitinya, lalu dia bersabar atas gangguannya, sampai (akhirnya) Allah mencegah kejahatannya dengan sebab (proses) kehidupan (seperti berpindah tempat) atau dengan kematiannya." [Dishahihkan oleh al Albani dalam shahih at Targhib no. 2569]
Demikian beberapa uraian tentang Akhlak Cara Etika Adab Hidup Bertetangga dalam Agama Islam , semoga menjadi nasehat bagi kita dalam hidup bertetangga.