Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Golongan Orang Yang Wajib Dan Tidak Wajib Berpuasa Ramadhān

5-golongan-orang-yang-wajib-dan-tidak-wajib-berpuasa-Ramadhān
5 Golongan Orang Yang Wajib Dan Tidak Wajib Berpuasa Ramadhān 5-golongan-orang-yang-wajib-dan-tidak-wajib-berpuasa-Ramadhān

Golongan Orang Yang Wajib Dan Tidak Wajib Berpuasa Ramadhān - Puasa bulan Ramadhān merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap orang yang merasa beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Surat Al Baqarah ayat 183 berisi tentang dalil kewajiban untuk berpuasa Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah  ayat 183, yang menjelaskan perintah untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Namun kepada siapa saja Allāh Subhānahu wa Ta’āla mewajibkan puasa Ramadhān ini? Apakah semua orang Allāh wajibkan? Maka para ulama rahimahullāh, mereka telah menjelaskan orang-orang yang diwajibkan untuk melaksanakan puasa.

Orang-orang Yang Wajib Puasa Ramadan

Dalam kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Syaikh Wahbah Al-Zuhaili menyebutkan lima syarat orang wajib puasa Ramadan. 

1. Orang Islam. 

Perintah puasa Ramadan hanya tertuju pada orang-orang Islam, sementara orang-orang yang beragama selain Islam tidak terkena aturan wajib melaksanakan puasa Ramadan.

2.Orang yang sudah baligh.

Karena itu, anak kecil meskipun beragama Islam tidak wajib melakukan puasa Ramadan karena ia masih belum baligh. Dalam kitab-kitab fikih, baligh biasanya diartikan sebagai batasan seseorang mulai dibebani kewajiban-kewajiban syariat, seperti salat, puasa dan lainnya.

Secara umum, batasan baligh bagi laki-laki adalah jika sudah mengalami mimpi basah. Sedangkan bagi perempuan adalah jika ia telah mengeluarkan darah haid. Namun, jika laki-laki dan perempuan tersebut belum mengalami mimpi basah atau haid, maka batas balighnya adalah umur lima belas tahun.

3.Orang yang berakal. 

Karena itu, orang yang tidak memiliki akal dan kesadaran penuh, seperti orang gila, orang mabuk dna orang ayan selama seharian penuh tidak wajib melakukan puasa Ramadan. Hanya saja, orang mabuk dan orang ayan tidak wajib puasa Ramadan, namun mereka memiliki kewajiban mengqada puasa yang ditinggalkan selama mereka mengalami ayan dan mabuk.

4. Orang yang menetap atau ikamah.

Orang yang menetap atau tidak sedang berpergian dengan jarak bisa qasar salat, dia wajib puasa Ramadan. Sebaliknya, orang yang berpergian dengan jarak sampai bisa qasar salat, maka dia tidak wajib puasa Ramadan. Sebaliknya, orang yang berpergian dengan jarak sampai bisa qasar salat, maka dia tidak wajib puasa Ramadan. 

Meski orang yang sedang berpergian tidak wajib puasa, namun jika dia berpuasa maka puasanya dinilai sah. Sebaliknya, jika dia tidak berpuasa, maka dia tidak berdosa hanya saja dia wajib mengqadha puasa yang ditinggalkannya.

5. Orang yang mampu berpuasa atau sehat. 

Orang yang sehat dan mampu diwajibkan puasa Ramadan. Sedangkan orang yang sakit dan tidak mampu berpuasa tidak wajib berpuasa. Orang yang sakit atau tidak mampu karena sudah tua, mereka tidak wajib puasa namun mereka wajib mengqadanya atau membayar fidiah.

Oleh karenanya ketika terpenuhi syarat-syarat ini, wajib bagi seseorang untuk melaksanakan puasa. Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُ

_”Barangsiapa memenuhi syarat-syarat ini (kriteria tersebut) dan dia ada di bulan Ramadhān maka wajib baginya untuk melaksanakan puasa.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Sebab hukum Puasa Ramadan adalah wajib dilakukan semua kaum muslim, namun terdapat golongan tertentu yang tidak wajib melakukan puasa Ramadhan ini. Orang-orang yang tidak memenuhi syarat ini, maka tidak wajib baginya untuk melaksanakan berpuasa. Dalam kitab-kitab fikih disebutkan bahwa terdapat enam golongan orang yang tidak wajib melakukan puasa Ramadan. 
1. Anak kecil  dan orang gila.

 Anak kecil yang belum balita atau belum dewasa, maka ia tidak wajib melakukan puasa. Hanya saja, jika dia suddah berumur sekitar tujuh tahun, maka hendaknya dia dilatih dan diajari untuk melakukan puasa Ramadan, namun tidak boleh dipaksa. Begitu juga puasa Ramadan tidak wajib bagi orang gila, meskipun sudah dewasa. Hal ini karena orang gila dinilai tidak memiliki akal yang normal sehingga tidak ada kewajiban apa-apa baginya, termasuk puasa Ramadan. 

2. Orang yang sakit dan orang tua renta yang sudah lanjut usia. 
Orang yang sedang sakit, sekiranya jika berpuasa akan lambta sembuh atau malah tambah parah, baginya tidak wajib berpuasa. Namun demikian, ia wajib menggantinya di luar bulan Ramadan jika sudah sembuh. Jika tidak ada harapan sembuh, Jika tidak, ada harapan sembuh, maka dia hanya wajib membayar fidiah. Begitu juga orang tua yang sudah lanjut usia dan tidak mampu berpuasa, ia tidak wajib puasa Ramadan. Dia hanya wajib membayar fidiah sebagai ganti dari puasa yang ditinggalkan. 

3.Perempuan haid dan nifas.

Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak wajib berpuasa di bulan Ramadan. Meski demikian, ia wajib menggantinya di hari-hari lain di luar bulan Ramadan.

4. Perempuan hamil dan menyusui.

Perempuan hamil atau menyusui tidak wajib berpuasa di bulan Ramadan. Namun demikian, jika dia tidak berpuasa, maka wajib menggantinya, sekaligus membayar fidiah jika tidak berpuasa karena khawatir terhadap keselamatan anaknya. 

5.Orang sedang safar dalam perjalanan jauh. 

Orang yang sedang dalam perjalanan jauh, yaitu perjalanan yang jaraknya boleh melakukan qashar shalat, maka baginya tidak wajib berpuas. Hanya saja, jika dia tidak berpuasa, maka dia wajib menggantinya di hari-hari lain di luar bulan Ramadan.

Akan tetapi kewajibannya adalah diganti dengan membayar fidyah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Anas bin Malik radhiyallāhu ‘anhu ketika beliau lanjut usia, maka beliau radhiyallāhu ‘anhu tidak melaksanakan puasa namun beliau mengganti dengan membayar fidyah yaitu dengan satu mud.

Kalau seandainya kita hitung kira-kira 0,75 kg beras misalkan. Maka dikeluarkan setiap hari dia tidak berpuasa, misalkan 30 hari Ramadhān maka 30 mud harus dia keluarkan untuk diserahkan kepada fakir miskin atau dia bisa memasak makanan (memberikan makanan matang) kepada satu orang miskin perhari yang dia tidak berpuasa pada hari tersebut