Keutamaan Sholat Malam Tarawih di bulan Ramadhan
Keutamaan Sholat Malam Tarawih di bulan Ramadhan 

Keutamaan Sholat Tarawih di bulan Ramadhan - Shalat Tarawih adalah shalat sunnah muakkad yang dikerjakan di malam hari setelah eslesai sholat fardu isya di bulan Ramadhan. Di samping itu, shalat tarawih merupakan amalan sunnah nabi bulan ramadhan yang memiliki keutamaan atau fadhilah yang sangat besar. Barang siapa yang mengerjakannya secara berjamaah, maka pahalanya dihitung shalat satu malam penuh
Shalat malam di bulan Ramadhān mempunyai keutamaan dan keistimewaan dibandingkan bulan-bulan lainnya.sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang salat malam di bulan Ramadhan (salat tarawih) karena keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampunkanlah dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)
Pahala salat Tarawih akan dilipatkan gandakan berkali-kali jika dilakukan secara berjamaah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang salat tarawih berjamaah:
إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
“Sesungguhnya seseorang jika salat tarawih bersama imam sampai salam, maka dihitung pahalanya salat satu malam suntuk” (HR. Abu Daud no. 1375)
Maksudnya iman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan kepada pahala yang telah Allāh siapkan bagi orang-orang yang melaksanakannya.
وَاحْتِسَابًا
”Dan mengharap pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”_
Bukan karena riya’, sum’ah atau menginginkan harta dan kedudukan.
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”_
Dan sholat malam qiyam Ramadhān, mencakup shalat di awal malam dan di akhir malam. Oleh karenanya shalat Tarawih termasuk sholat malam qiyam Ramadhān.
Kenapa dinamakan Tarawih?
سُمِّيت التَّراويح لأنَّ الناسَ كانوا يُطيلونَها جدا
Dinamakan Tarawih karena dahulu orang-orang mengerjakannya dengan lama (panjang).
Setiap kali mereka shalat empat raka’at mereka istirahat sejenak.
وكان سلف الصالح يطيلونها جدا
Bahwasanya para salafush shalih mereka mengerjakan shalat Tarawih dengan sangat panjang.
Dari sini bisa kita dapatkan faedah bahwasanya para salafush shalih mereka mengerjakan shalat tarawih dengan sangat panjang.
Dalam hadīts As Sa’ib bin Yazid radhiyallāhu ‘anhu, dia berkata:
كَانَ الْقَارِئُ يَقْرَأُ بِالْمِئَة ايات
”Dahulu imam membaca ratusan ayat sampai-sampai kami bersandar pada tongkat karena lamanya berdiri.”
Berbeda dengan apa yang dilakukan sebagian orang di zaman ini, mereka melakukan shalat tarawih dengan sangat cepat, dengan kecepatan yang tinggi dan mereka tidak melakukan kewajiban tenang dan tuma’ninah yang merupakan salah satu rukun diantara rukun-rukun shalat. Dan shalat tidak sah tanpa tuma’ninah.
Dan sangat ditekankan untuk mengerjakan shalat Tarawih secara berjama’ah. Orang pertama yang mensyari’atkan atau yang melakukan shalat tarawih secara berjama’ah adalah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Beliaulah orang yang pertama yang melakukan shalat tarawih secara berjama’ah.
Dalam hadīts riwayat Al Bukhāri dan Muslim dari Aisyah radhiyallāhu ‘anhā. Suatu malam Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam shalat di masjid lalu orang-orang ikut shalat bersama Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Pada malam berikutnya, orang-orang bertambah banyak kemudian pada malam ketiga atau malam keempat orang-orang berkumpul namun Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak keluar menemui mereka.
Di pagi hari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:
قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ
”Sungguh aku telah melihat apa yang kalian lakukan (Nabi tahu bahwasanya para shahabat sedang berkumpul), namun tidak ada yang menghalangiku untuk keluar untuk menemui kalian kecuali aku khawatir shalat ini diwajibkan atas kalian.”_
Aisyah radhiyallāhu ‘anhā berkata:
Baca Juga
وذلك في رمضان
Hal itu terjadi di bulan Ramadhān._
Kemudian dalam riwayat lain dari Abu Dzar radhiyallāhu ‘anhu, dia berkata:
“Kami pernah berpuasa bersama Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Beliau tidak shalat malam mengimami kami hingga tersisa tujuh malam dari bulan Ramadhān.”
“Pada malam tersebut Beliau shalat mengimami kami hingga berlalu sepertiga malam. Kemudian pada malam keenam Beliau tidak shalat bersama kami. Pada malam kelima Beliau kembali shalat bersama kami hingga berlalu separuh malam.”
Lalu kami berkata, “Wahai Rasūlullāh sekiranya anda bersedia untuk mengerjakan shalat sunnah ini bersama kami, pada sisa-sisa malam ini?”
Beliau berkata:
إنه مَنْ قَامَ مَعَ اْلإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَة
”Sesungguhnya barangsiapa yang shalat tarawih bersama imam sampai selesai maka dicatat baginya shalat semalam penuh.”
(Hadīts shahīh riwayat Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibn Majah, An Nassā’i ’i, dan lain-lain. Lihat Al ljabat Al Bahiyyah, 7).
Ketiga: Sudah sepatutnya seorang mukmin menjaga dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan lebih banyak dan melebihi malam-malam yang lainnya, karena di sepuluh malam yang terakhir inilah terdapat malam Lailatul Qadar yang Allah telah mengabadikannya dalam firman-Nya:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam lailatul qadar adalah lebih baik dari seribu bulan.” [Al-Qadar/97: 3]
Terdapat riwayat yang menerangkan tentang pahala menghidupkan malam lailatul qadar yaitu sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau” [HR. Bukhari, no. 1768 dan Muslim, no. 1268].
Atas dasar inilah
كَانَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِد فِي الْعَشْر الأَوَاخِر مَا لا يَجْتَهِد فِي غَيْرهَا
“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam sepuluh hari terakhir sesuatu yang tidak beliau lakukan pada malam-malam selainnya.” [HR Muslim, no. 1175]
Dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari, no. 2024, dan Muslim, no. 1174,
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Dari Aisyah Radliyallahu Anha dia berkata, “Adalah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam apabila telah memasuki sepuluh malam yang terakhir, beliau mengencangkan ikat pinggangnya atau sarungnya, menghidupkan malam harinya, dan membangunkan keluarganya.”
Bulan Ramadhān adalah hari-hari yang berbilang, hari-hari yang sebentar, maka hendaknya kita manfaatkan bulan Ramadhān. Kita perbanyak shalat tarawih jangan sampai kita absen darinya.
Baca Juga Artikel
Cara Doa Niat Bacaan Bilal Shalat Tarawih dan Bilal sholat Witir Lengkap
Dalil Hadits Hukum shalat sunnah tarawih 23 rakaat berjamaah
Lafadz Bacaan Doa Kamilin Shalat Tarawih dan Sholat Witir Arab Latin lengkap artinya
Bacaan Doa Niat Puasa Ramadhan Sebulan dan Niat Puasa Harian Lengkap
Bacaan Al-Quran Surat-Surat Pendek yang dibaca dalam Shalat Tarawih 20 Rakaat
Niat Bacaan Doa Berbuka Buka Puasa Ramadhan Sesuai Hadits Sunnah Lengkap
Lafadz Bacaan Niat Doa Makan Sahur Puasa yang Benar dan Shahih
Lafadz Bacaan Niat Shalat Tarawih 23 rakaat, 11 rakaat dan 3 rakaat Witir lengkap arab latin
Cara Doa Niat Bacaan Bilal Shalat Tarawih dan Bilal sholat Witir Lengkap
Dalil Hadits Hukum shalat sunnah tarawih 23 rakaat berjamaah
Lafadz Bacaan Doa Kamilin Shalat Tarawih dan Sholat Witir Arab Latin lengkap artinya
Bacaan Doa Niat Puasa Ramadhan Sebulan dan Niat Puasa Harian Lengkap
Bacaan Al-Quran Surat-Surat Pendek yang dibaca dalam Shalat Tarawih 20 Rakaat
Niat Bacaan Doa Berbuka Buka Puasa Ramadhan Sesuai Hadits Sunnah Lengkap
Lafadz Bacaan Niat Doa Makan Sahur Puasa yang Benar dan Shahih
Lafadz Bacaan Niat Shalat Tarawih 23 rakaat, 11 rakaat dan 3 rakaat Witir lengkap arab latin