Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakekat Cinta Rasul dan cara menumbuhkan Cinta Nabi Muhammad SAW

Hakekat-Cinta-Rasul-dan-cara-menumbuhkan-Cinta-Kepada-Nabi-Muhammad-SAW
Hakekat Cinta Rasul dan cara menumbuhkan Cinta Nabi Muhammad SAW Hakekat-Cinta-Rasul-dan-cara-menumbuhkan-Cinta-Kepada-Nabi-Muhammad-SAW

Cinta kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW adalah sebuah konsekuensi dari pernyataan syahadatain seorang Muslim khususnya dari ikrar syahadat kedua (syahadat rasul).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Qs. al-Ahzaab: 21).

Di dalam al-Qur’an Allah telah mewajibkan dan memerintahkan kepada semua hamba-Nya yang mengaku cinta kepada Allah untuk mau mentaati Rasulullâh dan mengikutinya serta sekaligus mencintainya sebagaimana firman Allah dalam QS Ali’imrân [3] : 31.

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali Imron: 31)

Imam al-Qadhi ‘Iyadh al-Yahshubi berkata, “Ketahuilah, bahwa barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, maka berarti dia tidak dianggap benar dalam kecintaanya dan hanya mengaku-aku (tanpa bukti nyata). Maka orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah jika terlihat tanda (bukti) kecintaan tersebut pada dirinya.

Tanda (bukti) cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang utama adalah (dengan) meneladani beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab (etika) yang beliau (contohkan), dalam keadaan susah maupun senang dan lapang maupun sempit.

Cinta kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW merupakan ukuran kesempurnaan iman bagi seseorang. Cinta kepada Nabi juga menjadi ruh dari iman itu sendiri. Selain itu cinta kepada Nabi menjadi  esensi dari ajaran al-Qur’an dan kehidupan agama. Sebaliknya jika cinta kepada Nabi hilang maka ritual agama dan kepatuhan agama menjadi kosong sehingga agama hanya menjadi maklumat atau informasi tentang kebaikan saja yang jauh dari amal nyata.


Bahkan di akhirat kelak malaikat Jibril akan mengusir para pengikut nabi yang akan meminta air telaga kepada Rasulullâh karena sewaktu di dunia mereka berpaling dari petunjuk nabi dan menyelisihi sunah nabi meskipun mereka adalah pemeluk Islam.

Sesungguhnya memaknai hakikat cinta kepada Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam itu sehingga kelak kita mendapatkan jaminan Nabi di akhirat sebagai pengikutnya yang akan mendapatkan syafaat darinya.

Mengapa Harus Mencintai Rasulullâh?

Cinta kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah kewajiban sesudah cinta kepada Allah. Prinsip dalam beragama adalah menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan. Sesuatu itu baik menurut agama jika sesuai dengan  kewajiban (deontologi).

 Perintah atau kewajiban mencintai Rasulullâh terdapat dalam QS al-Taubah [9]: 24,

قُلْ إِنْ كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اْقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَجِهَادٍ فِى سَبِيْلِهِ فَتَرَبَّصُوْا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لَا يَهْدِى اْلقَوْمَ اْلفَاسِقِيْنَ

 Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS al-Taubah [9]: 24)


Di dalam QS Ali‘imrân [3]: 31 Allah memberikan syarat jika benar-benar cinta kepada Allah maka syaratnya harus mau mengikuti (mencintai) Rasulullâh.

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“31. Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.` Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS Ali’imrân. [3]: 31)

Ayat ini memberikan keterangan yang kuat untuk mematahkan pengakuan orang-orang yang mengaku mencintai Allah pada setiap saat, sedang amal perbuatannya berlawanan dengan ucapan-ucapan itu. Bagaimana mungkin dapat berkumpul pada diri seorang cinta kepada Allah dan mendurhakai perintah-perintah-Nya. Siapa yang mencintai Allah, tapi tidak mengikuti jalan dan petunjuk Rasulullâhshallallâhu ‘alaihi wa sallam maka pengakuan cinta itu adalah palsu dan dusta,

Rasulullâh bersabda: “Barangsiapa melakukan perbuatan tidak berdasarkan perintah kami maka perbuatan itu ditolak“. (HR Imam Bukhari)

Cara Menumbuhkan Cinta Kepada Rasûlullâh

Pertanyaan yang sangat mendasar adalah bagaimana cara menumbuhkan cinta kepada rasul. Menurut pengalaman biasanya seseorang dicintai karena adanya kelebihan dan keutamaan dimilikinya baik dari aspek fisik karena kecantikan atau ketampanannya, aspek ekonomi karena hartanya, aspek penampilan karena keindahan perhiasannya, aspek bakatnya karena keterampilan yang luar biasa dan aspek sosial karena kebaikan akhlaq kepada sesama, aspek ruhani karena keshalihan kepada sang pencipta, aspek rasio karena kepintaraannya dan aspek emosi karena lembut perasaannya.

Cinta kepada orang tua atau kepada istri tentunya tumbuh karena  ada keutamaan-keutamaan yang melekat kepada orang tua atau istri sehingga menjadi kebaikan yang tertanam dan membuahkan rasa cinta.

Untuk memahami betul keutamaan dan kelebihan atau kebaikan dari seseorang sehingga kita akan mencintainya hanya dapat dilakukan jika kita telah mengenal secara baik orang tersebut dari luar dan dalam. Secara alamiah jika sudah mengenal betul kebaikannya maka akan timbul rasa cinta.

Berikut adalah cara menumbuhkan Cinta Nabi Muhammad SAW :

1.Banyak mengenal pribadi Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam sampai menemukan keutamaan, kelebihan dan kebaikan Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam secara lengkap dan utuh. Membaca sejarah nabi atau sirah nabawi bisa memunculkan kepedulian dan rasa simpati kepada perjuangannya sehingga timbul rasa kagum dan tumbuh rasa cinta kepadanya. Mungkin saja rasa cinta umat ini kepada nabi tidak tumbuh karena ketidaktahuan akan kemuliaan nabi tersebut atau karena tidak mengenal perjuangan nabi.

Berbeda dengan para sahabat yang hidup bersama Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan menyaksikan langsung perilaku Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang begitu mulia akhlaqnya sehingga membuat sahabat merasa nyaman dan tenteram serta terhibur. Perhatian Nabi, kesederhanaan Nabi, ketinggian akhlaq Nabi telah menjadi daya tarik seperti magnet bagi para sahabat untuk mencintainya dalam keadaan apapun.

Usaha untuk menumbuhkan cinta kepada rasul harus dimulai dari mengenal Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam secara biografi, mengenal orang tua, mengenal keluarganya (ahlul bait) termasuk anak dan istrinya, mengenal perjuangannya, mengenal perilakunya atau kebiasaan sehari-harinya, mengenal penderitaanya, mengenal sahabatnya, mengenal mutu ibadahnya dan mengenal sifat-sifat mulianya. Pembacaan kitab Barzanzi sebenarnya dalam rangka mengenal secara dekat dengan Rasulullâh sejak lahir sampai mati namun sayang pembacaan kitab Barzanzi itu berubah menjadi sebuah tradisi ritual belaka.

2.mempraktekkan gaya hidup Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam (sunah) dalam kehidupan kita selama 24 jam sejak bangun tidur sampai tidur kembali. Apabila hal ini bisa dilakukan maka secara pelan-pelan cinta kepada Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam semakin bertambah sampai akhirnya timbul keinginan untuk menjadikan Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagai teladan dalam hidupnya. Sosok Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam akan dijadikan panutan atau teladan yang cocok untuk segala profesi atau kedudukan baik sebagai orang tua, anak, sahabat, guru, dokter, pedagang, pemimpin, penggembala, hamba atau raja.

3.melanjutkan perjuangan beliau dalam menyampaikan agama kepada seluruh umat manusia sampai datangnya hari kiamat. Dalam QS al-Jumu’ah [62]: 2 ditegaskan tugas Nabi Muhammad untuk membacakan ayat-ayat Allah (dakwah), menyucikan jiwa dengan dzikir dan ibadah dan mengajarkan ilmu dan hikmah.

هُوَالَّذِى بَعَثَ فِى اْلأُمِّيِّيْنَ رَسُوْلًا مِنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِى ضَلاَلٍ مُبِيْنٍ

“ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (QS al-Jumu’ah [62]: 2)

4.Mendakwahkan kepada sesama manusia bahwa kejayaan atau kesuksesan hidup terdapat dalam pengamalan sunah nabi. Bahkan dikatakan oleh Rasulullâh barang siapa menghidupkan sunah Rasulullâh pada zaman yang fasad (rusak) akan mendapatkan pahala 100 orang mati syahid. Padahal untuk mati syahid pada zaman Rasulullâh begitu sulit dan penuh penderitaan tetapi bagi umat akhir zaman bisa mendapatkan pahala mati syahid lebih mudah dan lebih banyak. Contoh lain yang menunjukan di dalam sunah ada kejayaan adalah seseorang yang minum dengan gelas dilarang  bernafas di dalam gelas supaya tidak tersedak.

5.Membaca shalawat kepada Nabi setelah shubuh dan setelah ashar masing-masing 100 kali. Rasulullâh menyampaikan bahwa orang yang utama di sisiku pada hati kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.

Hadits lain menyatakan bahwa barang siapa yang membaca shalawat 100 kali sehari maka Allah akan memenuhi 100 hajatnya yaitu 30 di dunia dan 70 hajatnya di akhirat kelak,“Barangsiapa yang bersholawat untukku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka ia berhak mendapatkan syafa’atku.” [HR Thabarani]. Seyogyanya kita merasa bangga dengan bershalawat kepada Nabi karena shalawat merupakan amalan yang dikerjakan oleh Allah dan para malaikat-Nya.
Hakikat Cinta Kepada Rasûlullâh

Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullâh berkata, “Kecintaan yang benar mengharuskannya mengikuti dan mencocoki di dalam kecintaan apa-apa yang dicintai dan kebencian di dalamapa-apa yang dibenci. Maka barangsiapa mencintai Rasûlullâh dengan kecintaan yang benar dari hatinya, hal itu menyebabkan dia mencintai –dengan hatinya- apa yang dicintai rasul, dan dia membenci apa yang dibenci oleh rasul, ridha dengan apa yang diridhai rasul, murka terhadap yang dimurkai oleh rasul, dan dia menunjukkan kecintaan dan kebenciannya ini dengan anggota badannya”.

Secara sederhana perasaan cinta itu bisa ditandai dengan 5 hal sesuai dengan 5 huruf dalam kata CINTA itu sendiri. Huruf C berarti ‘cepat’ datang ketika dipanggil oleh Rasûlullâh dan juga cepat menunaikan perintah Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Perwujudan dari kriteria ini adalah menomorsatukan perintah  dan sunah nabi sebagai priotitas pertama dan utama sesuai dengan QS al-Taubah [9]: 24.

Dalam QS al-Nur [24]:51 Allah Azza wa Jalla telah menegaskan sifat dari orang beriman ketika dipanggil Rasûlullâh selalu menjawab dengan kami dengar dan kami taat (sami’nâ wa atha’nâ).

إِنَّمَا كَانَ قَولَ ٱلمُؤمِنِينَ إِذَا دُعُواْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحكُمَ بَينَهُم أَن يَقُولُواْ سَمِعنَا وَأَطَعنَا وَأُوْلَٰئِكَ هُمُ ٱلمُفلِحُونَ

 “51. Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh” dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS al-Nûr [24]: 51). Di ayat lain Allah berfirman,

وَمَا كَانَ لِمُؤمِن وَلَا مُؤمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلخِيَرَةُ مِن أَمرِهِم وَمَن يَعصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَد ضَلَّ ضَلَٰلا مُّبِينا
 “36. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS al-Ahzâb [33]: 36)

Huruf I berarti ‘ingat’ selalu kepadanya dan hal ini sesuai dengan kejiwaan orang jatuh cinta yang selalu membayangkan kekakasihnya. Bukti dari kriteria ini adalah selalu membacakan shalawat dan salam kepada Nabi dan keluarganya. Huruf ketiga N yaitu ‘nikmat’ jika bertemu, maksudnya orang yang jatuh cinta akan selalu ingin berdua dan bertemu dengan kekasihnya. Dalam kaitan dengan cinta kepada Rasûlullâh yang sesuai dengan kriteria ini adalah menikmati setiap kisah keteladan Rasûlullâh dalam segala aspek kehidupan sesuai dengan QS al-Ahzâb [33]: 21.

Huruf T artinya ‘taat’ selalu padanya karena tidak ingin mengecewakan sehingga semua perintahnya dan permintaannya selalu dipenuhinya. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam QS al-Hasyr [59]: 7,

 وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيْدُ اْلعِقَابِ

“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS al-Hasyr [59]: 7)

Huruf A artinya ‘apa saja’ dikorbankan untuknya. Hal ini bermaksud bahwa segala sesuatu yang kita miliki harus rela untuk dihabiskan demi menyenangkan sang kekasih. Dalam hadits yang pendek Rasûlullâh menegaskan bahwa hakikat cinta kepadanya adalah dengan menghidupkan sunah-sunahnya. Rasûlullâh pernah bersabda: ”Man ahya sunnati faqad ahabbanî wan ahabbanî kâna ma’iya fil jannah”.

Hadis tersebut memberikan arti barang siapa yang menghidupkan sunahku berarti dia cinta kepadaku dan siapa yang cinta kepadaku pasti akan bersamaku di dalam surga. Syarat seseorang dikatakan cinta kepada Rasûlullâ jika orang tersebut mau menghidupkan sunah Rasûlullâh.  Menghidupkan sunah rasul berarti menanamkan sunah rasul dalam hatinya, menjaga sunah dalam perilakunya, dan menyebarkannya kepada manusia lainya. Ibarat menanam pohon supaya hidup dengan baik pohon tersebut sampai berbuah maka harus sering di siram, di pupuk, di obati saat terkena hama dan akhirnya saat panen hasilnya bagus sehingga bisa didistribusikan dan dipasarkan dengan baik kepada siapapun dan kemanapun.

Demikian Hakekat Cinta Rasul dan cara menumbuhkan Cinta Nabi Muhammad SAW




Baca Juga Artikel