Cara Nabi Muhammad Rasulullah SAW Dalam Mendidik Anak Sejak Usia Dini agar Sholeh dan Sholehah
Cara Mendidik Anak ala Rasulullah SAW - Anak adalah titipan dari Allah SWT sebagai salah satu anugerah terbesar yang wajib bagi para orang tuanya untuk mendidik anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah agar kelak bisa mengikuti risalah islam sebagai manusia bertaqwa dan berbakti kepada orang tuanya. Anak merupakan amanah yang harus dididik untuk menjadi hamba Allah swt yang shalih. Tanggung jawab ini bukanlah tugas ringan, tetapi merupakan tanggung jawab yang berat. Mendidik menjadi insan yang bertakwa, berakhlak mulia dan sebagai penerus Islam memang sarat dengan tantangan dan membutuhkan kearifan. Untuk itu, dalam proses mendidik anak Doa Orangtua agar anak sholeh sholehah disertai dengan wajib mencari dan menuntut ilmu tentang pendidikan anak dan wawasan terkait adalah cara terbaik dalam mendidik terutama metode mendidik Ala Rasulullah SAW karena untuk membentuk generasi muslim yang shalih tidak akan terlepas dari dua pondasi Islam yang utama al-Quran dan al-Hadits. Kita juga bisa belajar dari seorang sholeh Luqman al-Hakim adalah Seorang Ahli Hikmah yang diabadikan dalam Al-Qur'an dalam surah Luqman yang terkenal karena nasihat-nasihatnya kepada anaknya.
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda, “Ajarilah, permudahlah, janganlah engkau persulit, berilah kabar gembira, jangan engkau beri ancaman. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah diam” (HR Ahmad dan Bukhari).
Rasulullah saw merupakan metode terbaik untuk mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Hal ini dikarenakan Keutamaan Rasulullah Nabi Muhammad SAW sebagai contoh teladan uswah terbaik dalam segala hal; baik dalam aspek ibadahnya, perkataan (qauliyah)
Berikut adalah Cara Nabi Muhammad SAW dalam mendidik anak sejak usia dini agar sholeh dan sholehah :
1. Menampilkan Suri Teladan yang Baik.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral,spiritual, dan etos sosial anak. Orang tua adalah figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk akan ditiru oleh mereka. Seorang anak, bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama ia tidak melihat teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi. Suri teladan yang baik memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab, mayoritas yang ditiru
anak berasal dari kedua orangtuanya. Bahkan, bisa dipastikan pengaruh yang paling dominan berasal dari kedua orang tuanya. Rasulullah saw memerintahkan kepada kedua orangtua untuk menjadi suri teladan akhlak terpuji yang baik dalam bersikap dan berprilaku jujur dalam berhubungan dengan anak. Anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan perilaku orang dewasa. Apabila mereka melihat kedua orangtua berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran dan demikian seterusnya
2. Mencari Waktu yang Tepat untuk Memberi Pengarahan
Kedua orangtua harus memahami bahwa memilih waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak memberi pengaruh yang signifikan terhadap hasil nasihatnya. Memilih waktu yang tepat juga efektif meringankan tugas orangtua dalam mendidik anak. Hal ini dikarenakan sewaktuwaktu anak bisa menerima nasihatnya, namun terkadang juga pada waktu yang lain ia menolak keras. Apabila kedua orangtua sanggup mengarahkan hati sang anak untuk menerimanya, pengarahan yang diberikan akan memperoleh keberhasilan dalam upaya pendidikan.
Rasulullah saw selalu memperhatikan secara teliti tentang waktu dan tempat yang tepat untuk mengarahkan anak, membangun pola pikir anak, mengarahkan perilaku anak dan menumbuhkan akhlak yang baik pada diri anak.
Dalam hal ini, Rasulullah saw mempersembahkan kepada kita tiga waktu mendasar dalam memberi pengarahan kepada anak
a. Dalam Perjalanan
Rasulullah shallahu „alaihi wa sallam memberi nasehat kepada Ibnu Abbas di dalam sebuah perjalanan, sebagaimana dinukilkan dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbar ra, Nabi shallahu „alaihi wa sallam diberi hadiah seekor bighal oleh Kisra. Beliau menungganginya dengan tali kekeng dari serabut. Beliau memboncengku di belakangnya, kemudian Beliau berjalan. Tidak lama kemudian, Beliau menoleh dan memanggil, “hai anak kecil.” Aku menjawab, “labbaika, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Jagalah agama Allah, niscaya Dia menjagamu..hadits.”
b. Waktu Makan
Pada waktu ini, seorang anak selalu berusaha untuk tampil apa adanya. Sehingga terkadang dia melakukan perbuatan yang tidak layak atau tidak sesuai dengan adab sopan santun di meja makan. Apabila kedua orang tuanya tidak duduk bersamanya selama makan dan meluruskan kesalahan-kesalahannya, tentu si anak akan terus melakukan kesalahan tersebut. Selain itu, apabila kedua orang tua tidak duduk bersama si anak ketika makan, kedua orang tua akan kehilangan kesempatan berupa waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan kepadanya. Nabi saw makan bersama anak-anak. Beliau memperhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan. Kemudian Beliau memberi pengarahan dengan metode yang dapat mempengaruhi akan dan meluruskan kesalahan-kesalahan yang dialakukan.
c. Waktu anak sakit
Sakit dapat melunakan hati orang yang keras. Anak kecil ketika sakit ada dua keutamaan yang terkumpul padanya untuk meluruskan kesalahan-kesalahannya dan perilakunya bahkan keyakinannya, yakni keutamaan fitrah anak dan keutamaan lunaknya hati ketika sakit. Rasulullah saw
telah memberi pengarahan kepada kita atas hal ini. Beliau menjenguk seorang anak yahudi yang sedang sakit dan mengajaknya masuk Islam. Kunjungan itu menjadi kunci cahaya bagi anak tersebut.
3. Bersikap Adil dan Menyamakan Pemberian untuk Anak.
Ini adalah dasar ketiga yang setiap orangtua dituntut untuk selalu konsisten dalam melaksanakannya agar mereka dapat merealisasikan apa yang mereka inginkan, yaitu bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak-anak. Karena, kedua hal ini memiliki pengaruh yang sangat besar sekali dalam sikap berbakti dan ketaatan anak. Terkadang seorang anak merasa orangtuanya lebih sayang kepada saudaranya, karena hanya perasaan ini saja akan membuat sang anak menjadi liar. Akibatnya, kedua orangtuanya tidak akan sanggup menghadapi keliaran dan meredam kedengkian anaknya. Kemudian, akibat dari perasaan yang mereka pendam itu, mereka melakukan perbuatan keji dalam persaudaraan dan kekerabatan mereka.
Oleh karena itu, Rasulullah saw mewasiatkan kepada kedua orangtua untuk bersikap adil dan menyamakan pemberian, sebagaimana dalam sebuah hadits yang berbunyi: “Bersikap adillah terhadap anak-anak kalian, bersikap adillah terhadap anak-anak kalian, bersikap adillah terhadap anak-anak kalian”. Nabi saw bahkan sampai tiga kali mengulangi perintah agar adil kepada anak-anak. Orangtua dituntut agar senantiasa adil dalam segala hal, baik dalam pemberian hadiah atau hal lainnya. Rasulullah saw melarang keras sikap orangtua yang tidak berperilaku adil di antara anakanaknya. Bahkan beliau mengingatkan sahabatnya untuk bertakwa kepada Allah swt tatkala ada di antara mereka yang kurang adil terhadap anak-anak mereka.
4. Menunaikan Hak Anak
Menunaikan hak anak dan menerima kebenaran dirinya dapat menumbuhkan perasaan positif dalam dirinya dan sebagai pembelajaran bahwa kehidupan itu adalah memberi dan menerima. Disamping itu juga menjadi pelatihan bagi anak untuk tunduk kepada kebenaran, sehingga dengan demikian dia melihat suri teladan yang baik di hadapannya. Membiasakan diri dalam menerima dan tunduk pada kebenaran membuka kemampuannya untuk mengungkapkan isi hati dan menuntut apa yang menjadi haknya. Sebaliknya, tanpa hal ini akan menyebabkannya menjadi orang yang tertutup dan dingin. Adapun hak-hak anak diantaranya:
a. Hak mendapatan perlindungan;
b. Hak untuk hidup dan tumbuh kembang;
c. Hak mendapatkan pendidikan; dan
d. Hak mendapatkan nafkah dan waris.
5. Do’a
Do’a merupakan landasan asasi yang setiap orang tua dituntut untuk selalu konsisten menjalankannya. Mereka juga harus selalu mencari waktu-waktu dikabulkannya do’a yang dijelaskan oleh Rasulullah. Bagaimanapun juga, do’a kedua orangtua selalu dikabulkan oleh Allah. Dengan do’a rasa sayang akan semakin membara, rasa cinta kasih akan semakin tertanam kuat di hati
sanubari kedua orang tua, sehingga keduanya akan semakin tunduk kepada Allah swt dan berusaha sekuat tenaga untuk dapat memberikan yang terbaik bagi anak mereka untuk masa depannya. Hendaklah orangtua selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya. Waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa adalah di pertengahan malam terakhir dan setiap selesai shalat fardhu. Mendoakan anak dengan doa yang baik adalah sangat penting, karena mendoakan anak dengan segala kebaikan adalah hadiah terbaik untuk anak, mengingat anak adalah titipan dari Allah swt sehingga orangtua harus menjaga, merawat, serta mengarahkannya untuk dapat meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
6. Larangan Mendoakan Keburukan untuk Anak
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa ada seseorang datang kepada Abdullah bin Mubarak untuk mengadukan kedurhakaan anaknya. Abdullah bin Mubarak bertanya kepadanya, “Apakah engkau sudah mendoakan keburukan atasnya?” Dia menjawab, “Benar.” Abdullah berkata, “kalau begitu engkau telah merusaknya”. Dari pada menjadi penyebab rusaknya anak dengan mendo’akan keburukan kepadanya, lebih baik kita mendo’akan kebaikan padanya sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw yang mendoakan kebaikan bagi anakanak, sehingga Allah swt memberkati masa
depan mereka dengan amal shaleh, harta benda dan anak yang banyak.
7. Membantu Anak untuk Berbakti dan Mengerjakan Ketaatan.
Mempersiapkan segala macam sarana agar anak berbakti kepada kedua orangtua dan berbakti dan mngerjakan ketaatan serta mendorongnya untuk selalu menurut dan mengerjakan perintah. Menciptakan suasana yang nyaman mendorong sang anak untuk berinisiatif menjadi orang terpuji. Selain itu, kedua orangtua berarti telah memberikan hadiah terbesar bagi anak untuk membantunya
meraih kesuksesan.
8. Tidak Suka Marah dan Mencela
Ketika seorang bapak mencela anaknya, pada dasarnya dia sedang mencela dirinya sendiri. Sebab, bagaimanapun juga dialah yang telah mendidik anaknya tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syamsuddin al-Anbabi, tidak boleh banyak mencela anank, sebab hal itu menyebabkan anak memandang remeh segala celaan dan perbuatan tercela
9 Menceritakan Kisah-kisah
Hikayat atau kisah-kisah memainkan peranan penting dalam menarik perhatian anak dan membangun pola pikirnya. Kisah menempati peringkat pertama sebagai landasan asasi metode pemikiran yang memberikan dampak positif pada akal anak, karena sangat disenangi. Demikian banyak kisah-kisah 25 Nabi dan Rasul yang mulia dan berakhlak terpuji yang ditujukan kepada anak anak. Diceritakan secara langsung oleh Nabi kepada para sahabat beliau yang terdiri dari orang-orang dewasa dan anak-anak. Mereka menyimak dengan penuh perhatian kisah-kisah yang diceritakan oleh Nabi tentang berbagai kejadian pada masa lampau untuk bekal mereka dan bekal bagi seluruh kaum muslimin hingga akhir zaman.
10. Berdialog Langsung ke Inti Persoalan
Dialog secara langsung dalam menjelaskan berbagai realita dan menyusun berbagai pengetahuan agar dipahami dan dihafalkan membuat anak sangat dapat dan siap menerima. Sebaliknya, banyak memakai kiasan dan kata-kata yang bercabang sama sekali tidak berguna dalam berdialog dengan anak-anak. Demikianlah Rasululah, mengajarkan kepada kita dalam banyak kesempatan untuk melakukan dialog secara langsung dengan anak-anak menggunakan kalimat yang jelas.
11. Melatih Anak dengan Beraktivitas
Melatih indra anak dapat menghasilkan pengetahuan baginya. Ketika si anak mulai tumbuh dan mulai menyibukkan diri dengan suatu pekerjaan, hal itu dapat mengunggah kesadaran akalnya, sehingga dia dapat menyaksikan bagaimana cara melatih indranya dan meniru pekerjaan tersebut. Dengan cara itulah dia dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan mempeljarinya setahap demi setahap.
13. Mengarahkan Anak untuk Meneladani Rasulullah Saw
Keterikatan seorang anak kepada Rasulullah saw akan membentuknya menjadi manusia yang sempurna. Karena, pikirannya menjadi terbuka untuk mempelajari jalan hidup dan kepemimpinan para rasul, pemimpin seluruh umat manusia dan kekasih Allah swt. Akalnya akan diterangi oleh cahaya keimanan dengan memahami sejarah yang mulia itu, sehingga sang anak akan mengangkat kepalanya dengan bangga sebagai pengikut setia Rasululah saw. Berbicara tentang cinta kepada Nabi saw, perlu diajarkan pula kepada mereka peperangan Rasulullah saw, perjalanan hidup para sahabat, kepribadian para pemimpin yang agung dan berbagai peperangan besar lainya di dalam sejarah. Hal di atas merupakan metode mendidik yang ditanamkan Rasulullah saw, dimana ia sangat memperhatikan pengajaran dasar-dasar iman, rukun Islam, hukum syariat, cinta kepada Rasulullah saw dan keluarganya, para sahabat, pemimpin serta Al-Qur’an kepada anak sejak masa pertumbuhanya. Sehingga anak akan terdididk dengan iman secara sempurna, aqidah yang mendalam dan kecintaan kepada para sahabat yang mulia.
14 Mendidiknya Agar Taat kepada Orangtua
Para Orang Tua memiliki peran yang sangat besar dalam mendidik anak karena tanggung jawab tersebut berada di pundak keduanya. Jika seorang anak tidak terbiasa untuk patuh dan taat pada kedua
orang tuanya, maka sang anak tidak mungkin akan mendengarkan nasehat, bimbingan, dan setiap perkataan orangtua. Anak yang tumbuh dengan perilaku demikian akan menciptakan masalah bagi dirinya sendiri, orang tua dan masyarakat sekitarnya. Kelak ia akan menjadi seorang yang tidak mengindahkan normanorma yang ada di tengah masyarakat dan undang-undang yang disusun negara.
Baca Juga
- Seputar Permasalah Shalat : Kesalahan dalam Sholat yang Sering Terjadi
- Hukum Pacaran dalam Islam dan Larangan mendekati Zina berdasarkan hadits Nabi
- Kumpulan Hadits Kitab Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam Ibnu Hajar Al-Ashqolani
- Perbedaan Zakat, Infak dan Sedekah yang wajib diketahui
- Bahaya Dosa Riba dan Hadits Ancaman tentang Hukum Riba
15. Membimbing Anak Berakhlak Mulia
Dalam rangka meneyelamatkan dan memperkokoh aqidah islamiyah anak, pendidikan anak harus dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang memadahi. Rasul sendiri diutus oleh Allah swt untuk menyempurnakan akhlak . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keutamaan akhlak yang dimanifestasikan dalam keteladanan yang baik adalah faktor terpenting dalam upaya memberikan pengaruh terhadap hati dan jiwa. Inilah faktor terpenting bagi tersebarnya islam ke pelosok bumi yang paling dalam, dan bagi masuknya petunjuk ke dalam hati manusia untuk mencapai iman danmenelusuri jalan islam.
Cara Menghukum Anak yang Mendidik
Rasulullah saw bersabda, artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat apabila mencapai usia tujuh tahun dan pukulah mereka bila meninggalkan shalat pada usia 10 tahun”.
Perintah yang digambarkan dalam hadits ini merupakan bentuk dari suatu metode pendidikan, bukan
hukuman. Sebab, hukuman dilakukan atas perilaku kejahatan. Sementara perilaku anak kecil bukan disebut tindak kejahatan. Berbeda lagi dengan orang gila dan anak kecil yang belum berakal, keduanya tidak termasuk kategori yang dihukum atau diberi pendidikan
1. Hukuman Merupakan Sebuah Pendidikan
Hukuman bukanlah pembalasan dendam kepada sang anak. Tujuan sebenarnya adalah pendidikan dan merupakan salah satu metode pendidikan. Setiap orangtua diperintahkan untuk mendidik dan mengajar anak di waktu masih kecil. Karena, mereka tidak memiliki keinginan yang memalingkan mereka dari pemikiran yang baik dan perilaku yang terpuji. Sebab, berbagai kebiasaan buruk belum menguasai dan menghalangi mereka untuk melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Barang siapa yang memberikan pendidikan dan pengajaran yang layak kepada anaknya tentang berbagai perbuatan terpuji dan sikap yang baik di masa kecilnya, dia akan tumbuh dengan akhlak baik tersebut, mendapatkan kemuliaan dan kecintaan serta dapat mencapai puncak kebahagiaan. Namun, barang siapa yang meninggalkan semua itu dan tidak menghiraukannya, akibatnya sangat fatal. Kemungkinan, di kemudian hari si anak akan menyadari segala kebaikan itu di waktu yang tidak mungkin lagi baginya untuk menerapkan dalam kehidupannya. Akhirnya yang terjadi adalah penyesalan yang merupakan buah dari kesalahan. Seperti yang sering kali kita lihat ada sebagian orang yang mengerti bahwa apa yang dilakukannya salah. Mereka pun mengetahui jalan yang baik. Tetapi, sangat sulit bagi mereka untuk keluar dari kebiasaan buruk itu karena suda terlanjur basah. Lebih lanjut As-Suhaili mengemukakan bahwa sudah sepatutnya seorang anak diperhatikan dalam
pembicaraanya, dengan siapa dia berteman, gerakannya, tidurnya, bangunnya, makanannya, minumannya dan lain sebagainya. Kemudian diharuskan untuk melakukan seperti yang dilakukan oleh orang orang yang berakal agar dia memiliki tabiat
seperti yang mereka miliki.
2. Bertahap dalam Menghukum Anak
Apabila si anak tidak bisa dikoreksi
kesalahan pemahamannya dengan praktik
secara langsung sekalipun, dan terus
mengulang kesalahan yang sama, mak dia
harus dihukum.
Ada beberapa tahapan yang
harus diikuti dalam hukuman ini.
Tahap 1: Memperlihatkan Cambuk kepada
Anak.
Mayoritas anak takut melihat cambuk atau
alat hukuman lainnya. Maka, hanya dengan
memperlihatkannya kepada mereka, cukup
untuk meluruskan dan mengoreksi
kesalahan mereka. Akibatnya, perilaku
mereka menjadi baik dan sesuai dengan apa
yang sudah diajarkan.
Perihal ini sebagaimana diriwayatkan oleh
Bukhari dalam kitab al-Adal al-Mufrad dari
Ibnu Abbas ra, artinya: “Gantungkanlah
cambuk di tempat yang dapat dolihat oleh
seluruh anggota keluarga, sebab itu lebih
dapat membuat mereka munurut”. Dengan
demikian semestisnya ada cambuk atau
semacamnya di dalam rumah agar anak
menjadi takut untuk melakukan kesalahan
dengan sengaja atau nakal.
Tahap 2: Menjewer daun telinga
Ini adalah hukuman fisik pertama untuk
anak. Pada tahap ini si anak mulai
mengenali kepedihan akibat melakukan
kesalahan, yaitu telinganya dijewer.
c. Tahap 3: Memukul anak
Apabila melihat jambuk atau tongkat tidak
berhasil, dan menjewer telinga juga tidak
membawa dampak yang positif, sementara
anaka terus nakal dan melakukan kesalahan
yang sama, maka tahap ketiga ini
diharapkan dapat meredam kenakalannya.
Tetapi, pemukulan yang dilakukan hanya
dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah
tertentu agar memberikan hasil yang
maksimal dan benar.
Terkait kebolehan memukul, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh orang tua,
sebagai berikut:
1) Memukul dimulai dari usia sepuluh
tahun
Berdasarkan hadits Nabi yang artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat pada usia tuyjuh tahun, pukullah mereka bila meninggalkan shalat pada usia 10 tahun”. Berdasarkan hadits tersebut, maka dibolehkan memukul anak setelah usia sepuluh tahun. Hal ini dikerenakan dia meninggalkan kewajiban agama yang seseorang di hari kiamat akan dimintai pertanggung jawabannya. Sedangkan di bawah usia sepuluh tahun, maka tahap-tahap sebelumnya yang dilakukan dengan teliti dan penuh kesabaran. Dalam hal ini terdapat petunjuk dalam penetapan usia memukul.
Al-Atsram mengatkan: Abu Abdillah ditanya tentang pengajar yang memukul anak anak. Dia menjawab, “itu dilakukan sesuai dengan kesalahan yang mereka lakukan. Dia juga harus meneliti dan memperhatikan terlebih dahulu sebelum memukul. Apabila anak itu masih terlalu kecil dan belum berakal, maka tidak boleh dipukul” mengemukakan bahwa; kebolehan memukul tidak hanya harus
memenuhi sejumlah aturan dan tahapan, akan tetapi orangtua juga harus memperhatikan bagaimana perkembangan gerak-gerik anaknya sebelum memukulnya, seperti:
a) Sebelum usia 2 tahun, anak belum mengetahui gerakan-gerakan bersifat reflek.
b) Pada usia 2-3 tahun, anak sudah mampu bergerak sebagai reaksi pikirannya terhadap rangsangan sesuatu di luar dirinya.
c) Pada usia 4-7 tahun, mampu bergerak sebagai reaksi pikirannya terhadap rangsangan sesuatu di luar dirinya.
d) Pada usia 7-10 tahun, masa anak beradaptasi dengan lingkungan.
e) Pada usia 10-12 tahun, masa anak berinteraksi, anak mulai gemar berkelompok dan bekerjasama.
f) Pada usia 12-14 tahun, masa awal pencarian jati diri.
2) Batas jumlah pukulan
Jumlah pukulan dalam keadaan apapun dalam aktivitas pendidikan tidak boleh lebih dari sepuluh kali. Hal ini berdasarkan hadits yang artinya: “Tidak boleh dicambuk lebih dari sepuluh cambukan selain pada hukuman hadd” (HR Bukhari). Pada hadits ini terindikasi tentang batasan jumlah pukulan
agar tidak melebihi sepuluh kali pukulan kecuali pada masalah hadd.
3) Tidak boleh memukul disertai amarah
Tanda-tanda seorang marah biasanya adalah dimulai dengan caci maki kepada anak. Oleh karena itu, al-Qabisi dalam risalahnya mewasiatkan untuk menjauhi hal tersebut. Dia katakan ketika banyak kesalahan yang dilakukan oleh anak, “harus dikorekasi dengan perkataan yang tegas, tanpa disertai caci-maki, seperti perkataan orang yang yang tidak mengindahkan hak seorang anak muslim.
Perkataan dan caci-maki iru mengalir dari lidah, karena kemarahan sudah menguasai diri. Padahal bukan disitu letak kemarahan yang benar.”
Cara Membentuk Akidah Anak
Dalam masalah pendidikan, Islam meletakkan pendidikan akidah di atas segalagalanya. Dan, itulah yang Allah tekankan dengan menggambarkan betapa rajinnya Nabi Ya’kub dalam masalah ini. Sampai ketika anak-anaknya pun dewasa, pertanyaan beliau adalah masalah akidah.
Terkait hal tersebut sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Baqarah ayat 133, yang artinya: “Adakah kamu hadir ketika Ya‟qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”. Terkait ayat di atas, Ibn Katsir menjelaskan bahwa kewajiban orangtua adalah memberi wasiat kepada anak-anaknya untuk senantiasa beribadah kepada Allah subhanahu wa ta‟ala semata. Hal ini memberikan petunjuk penting bahwa kewajiban utama orangtua terhadap anak-anaknya adalah tertanamnya akidah dalam sanubarinya. Akidah Islam memiliki ciri khas, yaitu seluruhnya bersifat ghaib. Karena itu, orangtua dan pendidik akan sedikit kebingungan tentang cara penyampaian dan cara menjelaskannya ke anak, sehingga anak dapat menerima pemahaman yang benar dan tepat. Di hadapan dengan kondisi tersebut, para orangtua seringkali kebingungan. Namun, dari hubungan interaktif yang dijalin oleh Rasulullah saw dengan anak-anak, ditemukan dasar asasi dalam menanamkan akidah ini, di antaranya
a) Mentalqin anak untuk mengucapkan kalimat tauhid
b) Menanamkan cinta kepada Allah
c) Menanamkan Cinta kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW , keluarga beliau dan para sahabat beliau.
d) Mengajarkan al-Quran kepada anak
e) Pendidikan untuk tetap teguh dan rela berkorban demi akidah.
Cara Membentuk Aktivitas Ibadah Anak
Pembentukan aktivitas beribadah dianggap sebagai pelengkap bagi pembentukan akidah islamiyyah. Sebab, ibadah merupakan ransum utama untuk akidah. Demikian juga sebaliknya, ibadah merupakan refleksi dari gambaran akidah. Seorang anak ketika menyambut penggilan Rabbnya dan menaati perintah-Nya, itu artinya dia sedang menyambut naluri fitrah dalam dirinya sendiri. Tetapi supaya penanaman akidah di dalam jiwa menjadi subur, harus disirami dengan air ibadah dengan segala bentuk dan raganya. Hanya dengan inilah akidah dapat tumbuh subur di dalam hati dan kokoh dalam
mengadapi badai kehidupan. Dalam hal ini, perlu diperhatikan padaenam dasar pengarahan Rasulullah, yaitu:
1. Mengajarkan shalat fardhu 5 waktu
Dasar pertama ini memiliki beberapa tingkatan:
a. Tingkatan perintah untuk shalat
b. Tingkatan mengerjakan shalat kepada anak
c. Tingkatan perintah untuk shalat disertai ancaman pukulan
d. Melatih anak untuk ikut shalat jum’at
e. Mengajak anak untuk melaksanakan Shalat Tahajud ( sholat Malam )
f. Membiasakan anak melakukan shalat istikharah
g. Menemani anak ketika Shalat Hari Raya
2. Mengajak anak ke mesjid
3. Melatih anak untuk melaksanakan puasa ramadhan maupun puasa sunnah
4. Mengajarkan haji
Dalam mendidik anak, hendaknya para orang tua dapat memahami keadaan anak secara baik dan menggunakan metode yang tepat dan sesuai tahapan-tahapan. seperti yang telah di contohkan oleh Rasulullah saw. Karena setiap anak memiliki karakter dan pribadi yang berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama. Oleh karena itu cari metode yang tepat dan jitu sehingga anak dapat diarahkan dengan lebih mudah yang sesuai dengan ajaran Islam. Meneladani Rasulullah saw dalam
mendidik anak merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Oleh karena itu masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya anak. Kepribadian Rasulullah saw itu merupakan teladan realistis yang telah diletakkan oleh Allah swt untuk di teladani dalam seluruh aspek ibadahnya, baik yang bersifat qauliyah (perkataan) maupun amaliyah (perbuatan).
Tips mendidik anak secara islam
1.Biasakan anak kita bangun pada waktu shubuh.
Contoh: sejak usia dini, ajaklah ia sholat shubuh berjamaah di mesjid.
2.Berikan ia lingkungan pergaulan dan pendidikan yang islami.
Contoh: sejak dini ikutkan anak kita dalam TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), mengikuti kursus di mesjid, dsb.
3.Berikan teladan, bukan hanya perintah yang egois.
Contoh: jangan hanya menyuruh ia belajar mengaji atau sholat, namun kita sendiri tidak melakukannya.
4.Ajak anak kita untuk mengunjungi mesijd secara rutin.
Contoh: secara rutin, ajaklah anak kita untuk berjamaah di mesjid.
5.Perkenalkan batasan aurat sejak dini.
Contoh: jika sejak dini kita biasakan anak perempuan kita menggunakan jilbab, maka saat dewasa ia justru akan merasa tidak nyaman jika memperlihatkan auratnya.
6.Biasakan anak kita untuk selalu membawa perlengkapan sholat, terutama untuk anak perempuan.
7.Minimalkan anak kita dalam mendengar musik-musik non islami. Sebaliknya, maksimalkan anak kita untuk mendengar ayat-ayat Al-Qur’an atau nasyid.
8.Buatlah jadwal menonton TV dan dampingi anak ketika menonton. Jauhkan anak dari tontonan yang tidak mengandung unsur pendidikan, seperti: sinetron, film horor, film cengeng, dan lain-lain.
9.Ajarkan nilai-nilai Islam secara langsung. Sampaikan nilai-nilai Islam yang kita kuasai kepada anak kita. Akan lebih baik jika dalam bentuk cerita yang menarik.
10.Jadilah sahabat setia baginya. Jadikan ia nyaman untuk menjadikan kita tempat curhat yang utama sehingga kita akan selalu mengetahui masalahnya.
11.Ciptakan suasana hangat dan harmonis dalam keluarga. Jika keluarga tidak lagi terasa hangat baginya, anak akan mencari pelampiasan di tempat lain.
12.Lakukan semua tips di atas dengan bijak, sabar dan konsisten. Jangan pernah menggunakan kekerasan dan hindari sikap emosional yang dapat membuatnya sakit hati.
Demikian Cara Nabi Muhammad Rasulullah SAW Dalam Mendidik Anak Sejak Usia Dini agar Sholeh dan Sholehah